Natuna, Negeri Mutiara di Ujung Utara Indonesia.
Tidak salah kalau negeri ini diberi julukan mutiara di ujung utara. Kendati letak geografisnya dari Ibu Kota Provinsi Kepri, yaitu Tanjungpinang terbilang jauh. Tapi pesona alamnya tak bisa disepelekan.
***********
Natuna, sebutan untuk negeri yng berjarak sekitar 440 km dari Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepri ini bisa ditempuh dengan menggunakan kapal cepat yang memakan waktu sekitar 14 jam. Tapi sangat disarankan menggunakan pesawat terbang jika kamu termasuk orang yang mabuk laut. Apalagi perairan Natuna terkenal dengan gelombangnya yang cukup memambukkan. Untuk naik pesawat terbang bisa melalui Bandara di Raja Haji Fisabilillah (RHF) dengan menggunakan pesawat Indonesia Air. Hanya saja, untuk tarif pesawat rata-rata di atas Rp 1 juta. Cukup mahal bagi kita yang memiliki isi kocek pas-pasan tentunya. Kalau sedang beruntung, mungkin kamu bisa memperoleh tiket pesawat dengan harga sekitar Rp900an.
Ini juga kali pertama bagiku menginjakkan kaki di Ranai, Ibu Kota Kabupaten Natuna, setelah sebelumnya terombang-ambing di lautan selama 14 jam. Mabuk laut? Tentu saja. Hampir gila di dalam kapal? Hahaha nyaris saja.
Aku belum punya referensi yang cukup untuk menggambarkan kabupaten ini. Hanya sekelumit cerita yang ku dengar dari teman-teman saja. "Ya mirip Tanjungpinanglah," ucap temanku menggambarkan kota Ranai tempo hari. Ah, sepertinya mereka salah. "Apanya yang mirip? Sepi begini," aku berujar dalam hati di hari pertama ketika tiba di Ranai, Minggu (10/5) lalu.
*) Pantai Tanjung
Pantai di di Ranai tidak jauh berbeda dengan pantai yang ada di Bintan. Suasananya masih sangat asri. Rabu (13/5) sore kemarin, akhirnya aku berkesempatan menikmati senja di satu pantai berpasir putih yang oleh masyarakat tempatan disebut Pantai Tanjung. Tapi pantai itu tidak berupa tanjung, melainkan teluk. Karena yng ku lihat lautnya menjorok ke darat."Pantai Tanjung hanya penamaannya saja," ujar temanku yang asli Pulau Laut Di sepanjang pesisirnya banyak ditumbuhi oleh deretan pohon kelapa yang menjadi pemanis alam.
Pantai Tanjung berhadapan langsung dengan Pantai Senoa, yang dalam pengucapan masyarakat Natuna adalah Pulau Senue. Warga setempat juga menyebutnya pulau ibu hamil. Karena bentuknya persis menyerupai ibu hamil yang sedang terbaring.
Sore itu tidak terlihat pengunjung lain, pun hanya satu dua warung penjaja penawar dahaga dan kudapan yang terlihat buka. Kelapa muda dipesan, beserta kudapan khas Natuna, yaitu Kernas dan Lempa. Kernas semacam gorengan namun berwarna hitam dan terbuat dari ikan tongkol. Akan lebih nikmat jika dimakan dengan sambal yang sudah disediakan sepaket ketika membelinya. Sedangkan Lempa adalah makanan yang terbuat dari beras pulut. Rasanya tidak jauh berbeda dengan Lemper. Tapi isinya merupakan olahan dari ikan tongkol. Rasanya enak. Dan harganya cukup murah. Nikmat sekali dimakan selagi hangat. Apalagi jika ditemani oleh orang tersayang. Suasana romantis akan semakin menyenangkan tentunya.
Dalam hati aku tertawa. Ah ternyata aku salah. Meski suasana Kota Ranai sepi, ternyata pesona alamnya sangat luar biasa. Pantai Tanjung hanya satu dari sekian banyak keindahan alam di Kabupaten Natuna yang membuat kita berdecak kagum.
Kelapa muda ditemani Kernas dan Lampa hangat.