*) Gelaran Perdana Festival Zapin Tanjungpinang
Festival Zapin yang ditaja Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Tanjungpinang, mampu menyedot animo masyarakat Kota Tanjungpinang untuk berbondong-bondong menyaksikan pagelaran perdananya di tahun 2014 ini. Seperti apa ceritanya?
LARA ANITA, Tanjungpinang
Sabtu (8/11) malam, Gurindam Square yang berlokasi tak jauh dari Gedung Daerah dipadati ratusan masyarakat. Ada apa? Padahal biasanya lahan kosong tersebut kerap sepi, meskipun saat liburan tiba. Rupanya tengah digelar sebuah pagelaran seni tari. Tepatnya adalah festival zapin Tanjungpinang.
Ratusan penonton terpaksa berjubelan untuk menyaksikan aksi dari setiap penari. Maklum, lapangan tidak disediakan sarana memadai untuk penonton. Sehingga penonton terpaksa berdiri berjam-jam, dan tak jarang terpaksa menjinjitkan kakinya. Karena yang berada di depannya lebih tinggi darinya. "Aduh nggak keliatan," begitu ujaran yang kerap dilontarkan penonton.
Festival zapin ini digelar oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Tanjungpinang. Dan merupakan iven perdana. Sudah tepat rasanya pemilihan lokasi pementasan di Gurindam Square yang dekat dengan Tepilaut. Pasalnya, Tepilaut selalu ramai pengunjung. Pengunjung Tepilaut yang penasaran akan dengan mudah menjangkau lokasi acara.
Festival zapin ini digelar dua hari, sejak Jumat (7/11) lalu. Sebelumnya, dilombakan tarian zapin tradisi, yakni Zapin Pulau Penyengat. Sedangkan di Sabtu malam, dilombakan tarian zapin kreasi. Peserta yang hadir tidak hanya dari Tanjungpinang dan Bintan saja. Melainkan datang dari perwakilan beberapa daerah, seperti Kabupaten Siak, Rokan Hilir, Pekan Baru, Bengkalis dan Palembang.
Peserta tari dari Kabupaten Siak F. Albet / Posmetro
Kepala Disparekraf Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram mengatakan, disebabkan keterlambatan menyurati kabupaten maupun kota di Kepri untuk mengikuti iven ini. Sehingga peserta yang ada hanya 12 kelompok. "Untuk ke depan, kami akan menginformasikan jauh-jauh hari," tuturnya.
Kegiatan ini juga, merupakan salah satu upaya membangkitkan semangat budaya melayu. Selain itu, juga untuk memeriahkan Kepri Carnival dan juga Tour de Bintan. Untuk kedepan, cakupan peserta akan ditambah. Tidak hanya dari dalam negeri saja. Melainkan dari negara tetangga, seperti Malaysia, dan Singapura. "Kita akan mengundang semua daerah yang mempunyai zapin tradisional dan zapin kreasi," tuturnya.
Beberapa warga yang ditemui di lokasi memberikan respon positif terhadap pagelaran tersebut. Rahmi Syarif misalnya. Gadis berkerudung yang beralamat di Jalan Kampung Jawa ini mengaku senang dengan pementasan seni tari. Karena menurutnya, sudah wajar jika di tanah melayu, pagelaran seni tari diadakan. "Kita kan di tanah melayu. Jadi harus begini dong," ujarnya. Tapi, kata dia, untuk kedepannya, harus diperhatikan penonton yang berasal dari masyarakat awam. Sebab, ia mengaku kesulitan untuk melihat dengan jelas akibat tidak disediakan lokasi yang memadai. "Kami mau nonton susah. Itu sebenarnya acara buat masyarakat apa tamu_tamu terhormat saja?. Kami kan juga mau nonton," tukasnya. ***
Kepala Disparekraf Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram mengatakan, disebabkan keterlambatan menyurati kabupaten maupun kota di Kepri untuk mengikuti iven ini. Sehingga peserta yang ada hanya 12 kelompok. "Untuk ke depan, kami akan menginformasikan jauh-jauh hari," tuturnya.
Kegiatan ini juga, merupakan salah satu upaya membangkitkan semangat budaya melayu. Selain itu, juga untuk memeriahkan Kepri Carnival dan juga Tour de Bintan. Untuk kedepan, cakupan peserta akan ditambah. Tidak hanya dari dalam negeri saja. Melainkan dari negara tetangga, seperti Malaysia, dan Singapura. "Kita akan mengundang semua daerah yang mempunyai zapin tradisional dan zapin kreasi," tuturnya.
Beberapa warga yang ditemui di lokasi memberikan respon positif terhadap pagelaran tersebut. Rahmi Syarif misalnya. Gadis berkerudung yang beralamat di Jalan Kampung Jawa ini mengaku senang dengan pementasan seni tari. Karena menurutnya, sudah wajar jika di tanah melayu, pagelaran seni tari diadakan. "Kita kan di tanah melayu. Jadi harus begini dong," ujarnya. Tapi, kata dia, untuk kedepannya, harus diperhatikan penonton yang berasal dari masyarakat awam. Sebab, ia mengaku kesulitan untuk melihat dengan jelas akibat tidak disediakan lokasi yang memadai. "Kami mau nonton susah. Itu sebenarnya acara buat masyarakat apa tamu_tamu terhormat saja?. Kami kan juga mau nonton," tukasnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar