Pagi itu suasana sudah ramai, saat aku memasuki salah satu kelas di fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5 tahun lalu. Semua wajah yang asing yang ku temui, tidak ada yang ku kenali. Ya, hari itu hari pertama aku mengikuti class meeting di kampus baru ku itu. Semuanya serba baru. Orang-orang baru, lingkungan baru.
Satu-satu kuperhatikan bakal teman-teman baruku itu. Unik. Yang paling menempel di ingatanku waktu itu adalah Ahmad Solihin. Kenapa? Karena dia adalah ketua waktu itu, ditambah dia juga ganteng dengan logat khas Madura yang kental. Dia juga tidak malu-malu. Alias banyak omong.
Waktu itu, bangku disusun sedemikian rupa. Jadi, kami duduk memutar, saling berhadap-hadapan. Tak lama kemudian, masuk seorang dosen manis, yang berselang kemudian ku ketahui Bu Dosen itu bernama Arifah Khusnuryani, yang kemudian menjadi salah satu dosen favoritku. Ia mengajar di beberapa mata kuliah njelimet, antara lain Mikrobiologi, dan Genetika. Cara berbicaranya lembut, nan santun. Baik orangnya.
Dari dosen ini yang paling kuingat adalah beliau menyuruh kami menulis harapan kami di selembar daun buatannya. Kemudian menempelkan di dahan yang juga telah ditempelkan di white board depan ruang kelas. Aku bahkan telah lupa. Apa yang kutuliskan di daun itu? Aku benar-benar lupa.
Hingga jam istirahat siang, Solihin dan seorang teman Maduranya yang lain, Wasil membagikan nasi bungkus untuk kami. Aku makan sendirian di kelas. Istirahat selesai. Aku memilih berpindah tempat duduk. Agak jauh dari tempatku semula. Nah disitu aku mulai berkenalan dengan teman baruku, yang kemudian menjadi sahabat-sahabatku. Aku lupa siapa yang memulai tegur sapa. Tiba-tiba saja kami sudah saling berjabat tangan saling menanyakan nama dan asal. Dari yang satu namanya Vela dan yang satu lagi Siti. Mereka sudah kenal lebih dulu. Siti dari Lampung dan Vela dari Belitung. Kesanku pertama, mereka ramah.
Cukup banyak yang diobrolkan. Tapi, tentu saja masih dalam keadaan canggung. Maklum baru kenal. Bisa saja waktu itu aku telah berkenalan dengan yang lain. Tapi aku lupa. Ternyata waktu 5 tahun, mampu menyamarkan memori otakku. (Kalau begini dari dulu aku buat buku harian, huhh).
Tapi, kemana Mery?? Kapan aku ketemu Mery??
(Bersambung...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar