Kamis, 18 September 2014


Reuni #Part 1 

Sepertinya sudah cukup lama tak membuka blog abal-abal ini. Tidak terasa juga, nyaris genap 1 tahun aku bekerja di perusahaan media ini sebagai jurnalis. Selalu ngakak ketawa ketiwi sendiri kalau ingat awal-awal liputan dulu. Waktu itu, rasanya kalau ada kamera pengennya melambaikan tangan mulu. Pengen nyerah, Kenapa? karena 3 bulan awal atau setengah tahun pertama itu rasanya sakit sekali mencari berita. Pait banget!! Gimana tidak, aku bener-bener buta segala yang berkaitan dengan berita. Menulis beritapun aku tak pernah, apalagi harus nguber-nguber nara sumber yang sama sekali tidak dikenal. Ironisnya waktu itu, pelatihan sama sekali tak ku dapatkan.. Haha ampun-ampunan. 

Hari pertama masuk kerja, kumpul di morning bakery. dengan teganya, si koordinator liputan (waktu itu Bang Zekma) langsung meminta kami liputan. what??!! yang bener saja. aku bahkan tak tau harus buat berita apa? bagaimana cara wawancara dan segala macam tetek bengeknya. Sial!!

Akhirnya, setelah mikir keras dan dapat masukan dari Fatih (kami masuknya barengan), aku dapat liputan perdanaku. Liputan hari sumpah pemuda. karena kebetulan hari itu bertepatan tanggal 28 Oktober 2013, bersempena hari sumpah pemuda. Gugup sekali waktu itu. Diam-diam aku berfikir keras, aku mau tanya apa? Ya sudah ku pendam saja. Dari Fatih kuperoleh nomor kontak seorang mahasiswa yang malam sebelumnya menggelar acara memperingati hari sumpah pemuda. Kuikuti saja, toh aku memang buta kayu.

Kuhubungi, tapi yang bersangkutan mengatakan sedang mengajar, akhirnya dari dia kuperoleh nomor lainnya. Dan dari nomor lainnya ku peroleh nomor lainnya lagi. Sampai kemudian berakhir ke nomor salah satu dosen UMRAH, Muharroni. Yap. Dia orang pertama yang beruntung ku wawancara. :P

Ditemani Farah (wartawan juga), kami menuju Pamedan, tempat yang aku dan calon narsum sepakati untuk memulai eksekusi. Sumpah deg-degan. Sebelum memulai, sempat bertanya ke Fara bagaimana cara memulai wawancara. Fara tidak banyak menjelaskan. "Coba saja, seperti ngobrol-ngobrol," kurang lebih begitu katanya, kalau tak salah ingat. Waktu itu, narsum sangat berapi-api menjelaskan tentang penggunaan Bahasa Indonesia. Sialnya aku, si Dosen ini ternyata bawel (Bang Muharroni, begitulah kesan pertama aku mengenalmu haha).Dan dongoknya aku, sejam beliau ngomong, sejam juga ku sodorkan perekam. Gila, fikirku. Bagaimana caranya ku tulis sepanjang itu. 

Yes. Akhirnya wawancara perdanaku selesai. Aku lega sekali. Lega karena tanganku sudah kesemutan dan pegal memegang recorder ke Dosen itu. Sesampainya di kantor, aku pening lagi. Ya salam, ini rekaman panjang banget, aku membatin. Aku tambah kalut karena tak tahu harus nulis darimana, apa yang mau ku tulis. Aku bengong. 

Pasrah, ku tulis saja sesukaku. Waktu itu aku tidak tahu lead berita harus bagaimana dan seperti apa. Untungnya, si Dosen tadi memberikan beberapa lembar tulisan berisikan apa yang tadi diucapkan saat wawancara, dan itu saja yang ku tulis. Selamat selamat. Dan yang selalu bikin aku ngakak kalau ingat, saat itu menulis satu berita saja, membutuhkan waktu berjam-jam saudara sekalian. Yap. Menulis 3 jam, dan membaca berkali-kali sampai 2 jam. Jadi gini, pulang ke kantor waktu itu pukul 11, dengan membawa 1 bahan berita. Lalu ngetik hingga pukul 3, dan bene-bener yakin sama tulisan setelah pukul 6. Dan sakitnya, itu tulisan diedit habis sama Bang Zekma. Setelah itu dikirim ke email redaktur. Dan yang membuat bertambah sakt, beritanya tak terbit keesokan harinya,... ahahaha paitpait. Tapi suailah, aku sadar juga mutu tulisanku . :D

Eh udah dulu yah.. berhubung jam 09.00 WIB ini ada liputan di kantor arsip. dan sekarang dah jam 08.06 WIB. Belum mandi. Ntar disambung lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar