Minggu, 22 Februari 2015

Mencintai Dengan Sederhana?

"Semakin kamu peduli, dunia semakin memiliki banyak cara untuk menyakitimu". Ungkapan itu mungkin benar. Sebab, bagaimana mungkin kita tersakiti oleh sesuatu yang tidak dipedulikan. Logis bukan? Sakit itu sebenarnya bisa dinikmati jika ikhlas telah meraja. Tentu bukan hal mudah untuk ikhlas. Tapi bukan berarti tidak bisa. 

Uniknya, terkadang kita tetap bertahan dengan sakit itu. Menikmati goresan demi goresan yang diciptakan. Agak rumit menurutku, karena penderitaan itu kita sendiri yang mendatangkannya. Apalagi jika kasusnya adalah tentang cinta. Itu akan lebih rumit lagi mungkin. Mungkin saja. 

Tapi lagi-lagi aku membantah kerumitan itu. Tidak ada yang rumit. Perasaan cinta itu sederhana saja. Kau rela melakukan apa saja untuk dia yang kau cinta. Kau rela melakukan apa saja demi yang tercinta tetap tertawa dan bahagia. Kau akan berkorban demi rasa nyaman untuknya. Ini bukan tentang roman picisan. Kali ini logika tidak bisa berkata. Bagi sang pecinta, melihatnya tertawa, bahagia itu juga kebahagiaan bagi dirinya. Bukankah mutiara muncul dari kerang yang dilukai? Take it. Its all yours

By the way, aku jadi teringat satu puisi "Aku Ingin" karya  Sapardi Djoko Damono, yang pada tahun 1989 dinyanyikan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo dalam bentuk musikalisasi puisi yang indah. Kemudian belum lama ini juga digubah ulang oleh Dwiki Darmawan sebagai OST film Cinta Dalam Sepotong Roti.

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..

Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada


Indah bukan? 

Kayu hanya diam saja saat dilalap api sehingga kayu itupun habis dan hangus. Demikian pula awan, saat hujan turun dan sedikit demi sedikit mengikisnya menjadi habis. Kata cinta apa yang tak sempat disampaikan oleh kayu dan awan itu ya? Ambillah. Semuanya untukmu.” barangkali itu.

Mereka yang memiliki kadar cinta seperti puisi di atas, menurutku bukan orang bodoh. Justru mereka adalah orang yang luar biasa. Bagaimana bisa mereka merelakan kebahagiaannya demi kebahagiaan yang dikasihinya? Kembali lagi. Dia yang berkorban, tidak merasa melakukan apa-apa, karena sumber kebahagiaannya adalah kebahagiaan orang yang disayanginya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar