Jumat, 25 Oktober 2013

Tanjung Pinang. Yogyakarta

Tanjung Pinang, Ibu Kota dari Kepulauan Riau. Negeri kepulauan yang memiliki banyak pantai tentunya. Walaupun merupakan Ibu Kota, kota ini bukanlah kota besar seperti Batam maupun Ibu Kota lainnya. Kota Tanjung Pinang bukan kota yang padat, bukan kota yang lalu lintasnya padat merayap, bukan kota serba ada. Belum cukup lama saya mengenal kota ini. Hanya semasa SMA saya benar-benar tinggal dikota ini. Tiga tahun disini saya masih merasa biasa saja dan belum merasakan 'greget' yang benar-benar membuat saya jatuh hati. Pun ketika meninggalkan kota ini untuk melanjutkan studi di luar kota. tidak ada perasaan sedih ataupun kehilangan seperti yang teman-teman saya ceritakan.

'Ngomongin' kata serba ada, saya langsung terkenang kota yang sempat torehkan banyak cerita indah untuk kehidupan saya. Baik yang indah maupun tidak indah. Suka juga duka. Yap, apalagi kalau bukan kota istimewa, Yogyakarta. Setelah SMA saya melanjutkan studi di kota Pelajar ini.

Banyak julukan diberikan untuk kota ini. Kota Istimewa, Kota Budaya. Kota Gudeg. Kota Pelajar. Miniatur Indonesia. Kota Romantis. Kota Seniman dan yang lainnya. Saya sangat setuju dengan semua julukan tersebut. Bahkan sebutan-sebutan tersebut terasa masih kurang untuk mewakili betapa 'wah' nya kota ini.

Awal menginjakkan kaki di kota ini -tepatnya tahun 2008 lalu- saya rada terkejut. Bagi saya yang belum pernah meninggalkan pulau Sumatera, saya punya satu bayangan bahwa kota Yogyakarta itu sama seperti kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Memiliki bangunan-bangunan yang tinggi menjulang dan gedung-gedung tinggi. Agak kecewa saat itu.

Tak Kenal Maka Tak Sayang. Pepatah itu cocok untuk saya kala itu. Minggu-minggu pertama saya merasa tidak betah, belum mampu beradaptasi, apalagi dengan makanannya. Ahaaaa... setiap hari makannya di warung makan padang loh Tapi untungnya warung padang di Jogja nggak mahal kayak di Tanjung Pinang. Ini yang mulai membuat saya betah. Makanannya murah-murah cuy. Dua kali lebih murah dari tempat asal. Yeaaayyyy...!!! :D

Selain harga makanan yang membuat saya suka di Jogja adalah sapa dan keramahan warga Jogja. Bagi saya itu Amazing banget ketika saya berjalan dan di sapa oleh orang-orang yang juga berpapasan, meskipun hanya lewat senyum dan anggukan kepala, hal itu sangat memberi nilai plus untuk Kota ini. Berbeda ketika di Tanjung Pinang. Saya sedang berjalan kaki untu menuju tempat wawancara kerja. Di perjalanan saya menyapa dan tersenyum seorang Bapak yang juga berada di jalan, tapi yang ada saya cuma di bengongin doang saudara. Sedih dan sakit sekali waktu itu haha. Tapi saya tetap positif dong. Dalam hati saya coba menghibur diri " oh, mungkin Bapak tadi ga mendengar sapaanku, dan matanya lagi ngantuk kali". Dan semenjak itu, saya rada trauma. :P

Buat kamu yang pengen cepat pinter juga sangat pas berada di kota ini. Mau belajar apa aja bisa. Cari tempat les Bahasa Inggris, ada. Les Bahasa Jerman, Prancis, Korea, Mandarin, Jawa semua ada. Mau cantik juga bisa. Ada salon ini, salon itu, dari a-z ada. Nah coba deh sebutin kamu pengennya apa di Jogja ini? hayo bilang!!...

Tapi di kota yang serba ada ini, kita harus pinter dong yah tentunya membawa diri. Semua fasilitas serba ada ini tentunya memberi dampak yang baik bagi yang mengambil sisi baiknya. Namun, kalau kita nggak bisa memilah, bisa jadi kita akan malah memilih bagian terburuknya. Serba ada disini memang benar-benar serba ada. Tempat-tempat hiburan yang notabene berhubungan dengan dunia malam dan pergaulan yang ngga dibatasi karena faktor jauh dari orang tua dan keluarga membuat kita bebas. Bebas melakukan ini. Bebas melakukan itu. Nah, kalau sudah terlanjur jatuh dibagian buruknya itu, nantinya malah akan menyulitkan kita. Kuliah yang gak kelar-kelar, nilai studi yang berantakan, di DO dan malah masuk bui. Kalau sudah demikian kehidupan kita bakal berantakan, kan.(Nah lo, malah jadi ceramah hehe).

Oke. Cukup beberapa minggu saja saya berkenalan dengan kota yang "asing" ini, saya sudah mulai jatuh hati. Kota ini membuat saya nyaman, aman, tentram dan damai.  Saya telah benar-benar jatuh cinta . I'm Falling In Love You Jogja, halah hahaha. Bahkan sekarang ketika raga saya tidak berada di kota itu, hati saya serasa tetap tinggal dan menetap disana. Betapa dahsyatnya efek dari Kota Sultan itu. (Lara)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar