Jika telinga tak lagi mendengar, biar mata menggantikan peran. Jika suara tak lagi didengar, biar tulisan membawa pesan
Rabu, 11 November 2015
Berbelanja Sayur Murah, Dapat Bonus Senyum Ramah
Selasa, 10 November 2015
Antara Aku dan Djogja #1
Sabtu, 12 September 2015
Mister Tukul Jalan-Jalan di Tanjungpinang
Jumat, 28 Agustus 2015
Pesona Alif Stone Park Ranai, Natuna
Basing, Pulau Indah Penuh Misteri dan Tersembunyi.
LARA ANITA, Bukit Bestari
Belum lama ini, Batam Pos bersama beberapa awak media lokal lain, berkesempatan mengunjungi salah satu pulau yang belum dikenal baik oleh sebagian besar masyarakat Tanjungpinang, yakni Pulau Basing. Pulau ini memiliki panjang sekitar 750 meter dan di bagian terlebarnya 440 meter. Lokasinya tepat di depan pantai Tanjungsiambang, yang berada di Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari. Untuk mencapai pulau itu, bisa menggunakan pompong (transportasi laut, red) dari pantai Tanjungsiambang.
Asal usul penamaan Pulau Basing belum diketahui dengan pasti. Jika merunut dalam dialek Palembang, basing berarti sembarang. Tapi, warga Tanjungsiambang juga tidak tahu pasti kenapa pulau itu dinamai demikian.
Pulau Basing mulai terdengar gaungnya, sejak pusat Pemerintahan Provinsi Kepri dibangun di Dompak. Ditambah, sejak tahun 2013 lalu, Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang mulai memperkenalkan pantai Tanjungsiambang menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat Tanjungpinang, Pulau Basingpun perlahan naik pamor.
Saat menginjakkan kaki di pulau ini, mata akan dimanjakan oleh pemandangan asri, hamparan pasir putih turut menambah eksotis pantai di pulau perawan ini. Sama seperti pulau yang tidak berpenghuni pada umumnya. Pulau Basing juga ditumbuhi tanaman sejenis rumput liar nan rimbun yang tingginya melebihi pinggang orang dewasa, serta beragam semak lainnya. Pohon-pohon besar juga terlihat sangat rimbun dan lebat. Uniknya, pulau yang letaknya cukup strategis ini memiliki peninggalan berupa potensi cagar budaya, yang berwujud struktur bangunan. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Bangunan tua itu berbentuk persegi, dengan permukaan yang datar. Sayangnya, tidak bisa diketahui pasti berapa luas bangunan itu. Pasalnya pepohonan rimbun dan semak belukar menutupi sebagian besar bagian bangunan lainnya. Hal unik lainnya, sepanjang dinding bangunan ditumbuhi pohon-pohon dengan akar yang memenuhi dinding. Membentuk pola indah, serupa sarang laba-laba.
Didepan bangunan terdapat satu bangunan kecil lain dengan luas sekitar 3x3 meter persegi, menonjol di depan bangunan utama yang menyerupai gua, seperti pintu masuk. Hanya saja, saat memasuki gua yang telah dihuni puluhan kelelawar itu, sudah dibangun tembok pembatas.
Menurut penuturan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram, diduga dahulunya gua tersebut adalah terowongan yang menjadi pintu masuk ke bangunan utama. Tapi sengaja dibangun tembok pembatas, supaya tidak ada yang bisa memasuki terowongan itu. "Takut sesat," kata Juramadi belum lama ini. Sebab, kata dia, konon kabarnya terowongan yang ada bentuknya berkelok-kelok. "Kita juga tidak tahu kan di dalamnya itu ada apa," ujarnya lagi.
Ia mengakui masih butuh kajian mendalam, terkait peninggalan bersejarah itu. Pasalnya, banyak cerita yang beredar, yang belum bisa dipastikan kebenarannya. "Ada yang bilang bangunan ini adalah tempat pesta para meneer Belanda. Ada juga yang bilang ini penjara zaman Belanda. Nanti bukan tidak mungkin tembok itu akan kita jebol untuk melihat dalamnya," ujarnya.
Perlunya dilakukan kajian terhadap bangunan itu, juga merunut dari laporan teknis Pulau Basing, Pengelolaan Kekayaan Budaya Kota Tanjungpinang tahun 2013, yang menyebutkan, pada tahun 2012 lalu telah dilakukan peninjauan oleh Balai Arkeolog Medan dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batu Sangkar. Dan telah merekomendasikan kepada Pemko Tanjungpinang, untuk segera dilakukan kajian-kajian menyangkut tingkat kerusakan yang ada di Pulau Basing. Dimana yang menjadi pertimbangan, yakni adanya nilai historis objek tersebut yang diperkirakan cukup tinggi, dengan kondisi fisik relatif bagus. Serta perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat dan memadai bagi kepentingan lain yang lebih luas. Tapi, dalam laporan itu tidak disebutkan persis struktur bangunan apakah sebenarnya itu.
Teka-teki perihal sejarah bangunan tua itu menjadi buah bibir masyarakat Kota Tanjungpinang. Seorang warga Tanjungsiambang, Ibrahim yang pernah mendiami Pulau Basing pada tahun 1965-1971 malah menduga, struktur bangunan itu adalah peninggalan kerajaan Melayu yang masih berkaitan dengan kerajaan yang dulunya berada di Pulau Penyengat. "Itu penjara Raja Melayu," ujar lelaki kelahiran 1947 itu, saat ditemui di rumahnya yang berlokasi di pantai Tanjungsiambang, Rabu (25/6). Tapi, ia juga tidak bisa memastikan itu. "Asal mulanya tak tau. Orang-orang dulu tak pernah juga cerita apa-apa tentang Pulau Basing. Basing itu pun tak tau artinya apa," ujarnya. Meskipun pulau tersebut masih dipenuhi tanda tanya, Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul beberapa waktu lalu telah mencanangkan, Pulau Basing tersebut menjadi objek wisata lain setelah Pantai Tanjungsiambang. "Kita pasti akan kembangkan Pulau Basing," ujarnya.
Dimarahi Orangtua Sampai Salah Jadwal *) Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil Kota Tanjungpinang
Tidak hanya peserta ujian yang deg-degan dalam pelaksanaan tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kota Tanjungpinang tahun 2014. Rupanya para orangtua pun demikian. Bisa dikatakan, orang tua lah yang paling heboh menanti hasil ujian sang anak di ruang tunggu.
LARA ANITA, Tanjungpinang
Minggu (16/11) kemarin adalah hari ke dua pelaksanaan ujian CPNS Kota Tanjungpinang tahun 2014 yang digelar di lantai tiga Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang. Tahun ini memang sistemnya telah berubah, yakni menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT). Sehingga ujiannya menggunakan sistem komputerisasi. Sebanyak 3697 peserta yang berhasil melalui seleksi administrasi beberapa waktu lalu harus melalui tahapan ini sebelum akhirnya dapat menyandang gelar PNS. Tentu bukan hal mudah untuk dapat melewati tahapan kali ini. Peserta harus mampu mengerjakan 100 soal ujian yang terdiri dari tiga jeni soal, yakni TWK, TIU dan TKP dalam waktu yang singkat, 90 menit saja.
Apakah nilai tinggi dapat menjamin peserta lolos? Tentu tidak. Peserta harus mampu melewati passing grade dari ketiga jenis soal tersebut. Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) passing grade nya 70, Tes Inteligensi Umum (TIU) passing gradenya 75 dan Tes Kepribadian (TKP) passing grade nya 126 sekian. Kendati total jumlah nilai yang diperoleh tinggi, peserta harus mampu melampaui passing grade ke tiga jenis soal itu. Jika tidak, otomatis peserta gugur. Namun, lulus passing grade di ketiga jenis soal juga tidak menjamin peserta lolos dengan mudah. Kenapa? Karena sistem saat ini menggunakan sistem ranking. Peserta dengan jumlah nilai tertinggi lah yang lebih berhak lulus.
Kemungkinan besar, hal itu juga yang menyebabkan tidak hanya peserta saja yang was-was. Para orang tua dan pengantar yang tengah menunggu juga tidak kalah hebohnya. Saat si anak tengah ujian di lantai tiga Gedung DPRD Kota Tanjungpinang, para orang tua dan pengantar menunggu di lantai dasar. Dimana di lantai tersebut telah disediakan sebuah layar monitor berukuran cukup besar. Layar tersebut berisikan nama-nama peserta ujian, berikut hasil TWK, TIU dan juga TKP. Dari layar itu, para orang tua dan juga pengantar dapat mengetahui hasil peserta. Tidak hanya hasil akhir yang ditampilkan, melainkan setiap detil hasil jawaban yang dipilih. Peserta dinyatakan lulus jika nama yang tertera beserta nilai berwarna hitam. Jika merah yang didapat, maka akan berlaku kebalikannya. Jadi sudah bisa ditebak bagaimana hebohnya para orang tua melihat hasil anaknya dari layar tersebut. Apalagi jika nilai belum mencukupi, tetapi waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi. Heboh sekali.
Ada satu kejadian cukup menarik perhatian kemarin. Ketika salah satu peserta telah selesai mengerjakan soal. Saat ia menuruni tangga, tiba-tiba seorang bapak berteriak ke arah peserta tadi. "Kenapa tadi dirubah jawabannya. Jadinya gagal kan," ujar bapak tersebut sedikit kesal ke peserta ujian yang ternyata adalah anaknya itu. Apa pasal? Rupanya sang anak, yang bernama Nur Elisya Rianti itu merubah jawaban pada soal TWK. Sebelum dirubah, nilai sang anak adalah 70. Nilai itu sesuai dengan passing grade TWK. Sayangnya kemudian Elisya merubahnya yang ternyata pilihannya salah, sehingga nilainya turun menjadi 65 untuk TWK, 105 untuk TIU dan TKP 158. Kendati nilai keseluruhannya adalah 328, Otomatis ia gagal, karena tidak lulus di TWK. Hal itu yang membuat sang bapak terlihat kesal.
Kejadian unik lainnya kemarin, ada satu peserta ujian yang terlambat hadir. Dan tidak diperbolehkan ikut ujian. Seorang panitia ujian, Prasetyo menyayangkan keterlambatan peserta tersebut. Padahal menurutnya, panitia telah mengabarkan perihal kedatangan peserta di lokasi ujian. "Sebelumnya sudah diberitahukan satu jam sebelum mulai sudah hadir ditempat. Tapi malah datang terlambat. Kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang berada di ruangan adalah pegawai BKN," tuturnya.
Selain itu, ada juga peserta yang salah jadwal. Peserta bernama Jack Rafdinal dengan tergesa-gesa menghampiri meja panitia yang berada tidak jauh dari tangga ketika waktu hampir menunjukkan pukul 14.00 WIB. Ia dengan gesit akan membubuhkan tanda tangan. Namun, ketika dicari namanya ternyata tidak ada di kertas yang disodorkan oleh panitia. Panitia lantas memastikan kembali, apakah yang bersangkutan benar-benar mengikuti tes pada hari ini (kemarin, red). Jack dengan yakin menjawab kalau hari ini adalah jadwalnya ujian. "iya hari ini kok. Tanggal 16 November pukul 14.00 WIB," tegasnya. Panitia kemudian memintanya untuk mengecek kembali SMS yang dikirim oleh panitia. Berhubung saat itu ponsel yang bersangkutan berada di mobilnya. Dengan berlari kecil, ia langsung mengambil ponsel. Saat menuju panitia kembali, dengan senyum disunggingkan ia berujar kepada panitia. "Kok jadwal di SMS berubah ya?," ujar Jack terlihat menahan malu. Situasi itu sontak mengundang gelak tawa dari panitia dan beberapa orang yang hadir di lokasi tersebut. Ternyata jadwal ujian yang benar adalah Minggu (23/11) mendatang.
Pelaksanaan ujian di hari kedua ini, diwarnai dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Senggarang dan sekitarnya. Kondisi tersebut membuat panitia ujian cukup direpotkan. Bagaimana tidak, ternyata gedung dewan rawan bocor, terutama di bagian pinggiran gedungnya. Sehingga air hujan terjun bebas ke lokasi ujian. Khawatir layar monitor terkena tampias air hujan, panitia lantas memindahkan layar monitor yang awalnya berada dekat dengan tangga naik, ke lokasi yang cukup aman. Jika sedikit saja panitia telat memindahkan, layar pasti sudah rusak. Kenapa? Tidak sampai lima menit layar dipindahkan, hujan turun dengan sangat deras. Sehingga air yang turun ke lantai satu juga dalam jumlah besar, tepat di lokasi awal layar diletakkan. "Untung dah dipindahkan," ujar seorang panitia. Panitia juga terpaksa membersihkan lantai yang banjir akibat bocornya atap gedung. Beruntung ruangan yang digunakan untuk ujian tidak bocor.
Pelaksanaan ujian CAT di Tanjungpinang cukup lama, yakni dimulai sejak tanggal 15 November sampai 1 Desember. Menurut Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Tanjungpinang, Raja Khairani, pelaksanaan memang cukup lama. Sebab, jumlah komputer yang sedikit. Pemerintah Kota Tanjungpinang hanya menyediakan 50 komputer saja. Untuk peserta hanya 48 komputer, karena dua unit digunakan oleh operatornya. Dalam sehari, jumlah peserta yang ikut tes hanya sekitar 240 orang saja. Itupun bergantian, dan dibuat lima sesi setiap harinya. "Kecuali Jumat. Kalau Jumat hanya empat sesi saja," tutur Khairani.
Khairani juga menjelaskan, kenapa tidak boleh ada peserta yang datang terlambat. "Satu menit pun tidak boleh datang terlambat. Karena dengan waktu yang singkat, kehadiran peserta yang terlambat akan mengganggu konsentrasi peserta lainnya," jelasnya. Ia juga menuturkan, hingga saat ini pelaksanaan Tes Kemampuan Bidang (TKB) belum bisa dipastikan. Sebab, belum ada tanggapan terkait itu oleh Kemenpan sendiri. "Kemungkinan besar tidak diadakan," ujarnya. Hal itu merujuk dari kebijakan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) yang mengatakan tahun 2014 ini semua urusan penerimaan CPNS harus sudah selesai.
Selasa, 16 Juni 2015
Minggu, 17 Mei 2015
Jalan-jalan di Natuna
Natuna, Negeri Mutiara di Ujung Utara Indonesia.
Tidak salah kalau negeri ini diberi julukan mutiara di ujung utara. Kendati letak geografisnya dari Ibu Kota Provinsi Kepri, yaitu Tanjungpinang terbilang jauh. Tapi pesona alamnya tak bisa disepelekan.
***********
Natuna, sebutan untuk negeri yng berjarak sekitar 440 km dari Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepri ini bisa ditempuh dengan menggunakan kapal cepat yang memakan waktu sekitar 14 jam. Tapi sangat disarankan menggunakan pesawat terbang jika kamu termasuk orang yang mabuk laut. Apalagi perairan Natuna terkenal dengan gelombangnya yang cukup memambukkan. Untuk naik pesawat terbang bisa melalui Bandara di Raja Haji Fisabilillah (RHF) dengan menggunakan pesawat Indonesia Air. Hanya saja, untuk tarif pesawat rata-rata di atas Rp 1 juta. Cukup mahal bagi kita yang memiliki isi kocek pas-pasan tentunya. Kalau sedang beruntung, mungkin kamu bisa memperoleh tiket pesawat dengan harga sekitar Rp900an.
Ini juga kali pertama bagiku menginjakkan kaki di Ranai, Ibu Kota Kabupaten Natuna, setelah sebelumnya terombang-ambing di lautan selama 14 jam. Mabuk laut? Tentu saja. Hampir gila di dalam kapal? Hahaha nyaris saja.
Aku belum punya referensi yang cukup untuk menggambarkan kabupaten ini. Hanya sekelumit cerita yang ku dengar dari teman-teman saja. "Ya mirip Tanjungpinanglah," ucap temanku menggambarkan kota Ranai tempo hari. Ah, sepertinya mereka salah. "Apanya yang mirip? Sepi begini," aku berujar dalam hati di hari pertama ketika tiba di Ranai, Minggu (10/5) lalu.
*) Pantai Tanjung
Pantai di di Ranai tidak jauh berbeda dengan pantai yang ada di Bintan. Suasananya masih sangat asri. Rabu (13/5) sore kemarin, akhirnya aku berkesempatan menikmati senja di satu pantai berpasir putih yang oleh masyarakat tempatan disebut Pantai Tanjung. Tapi pantai itu tidak berupa tanjung, melainkan teluk. Karena yng ku lihat lautnya menjorok ke darat."Pantai Tanjung hanya penamaannya saja," ujar temanku yang asli Pulau Laut Di sepanjang pesisirnya banyak ditumbuhi oleh deretan pohon kelapa yang menjadi pemanis alam.
Pantai Tanjung berhadapan langsung dengan Pantai Senoa, yang dalam pengucapan masyarakat Natuna adalah Pulau Senue. Warga setempat juga menyebutnya pulau ibu hamil. Karena bentuknya persis menyerupai ibu hamil yang sedang terbaring.
Sore itu tidak terlihat pengunjung lain, pun hanya satu dua warung penjaja penawar dahaga dan kudapan yang terlihat buka. Kelapa muda dipesan, beserta kudapan khas Natuna, yaitu Kernas dan Lempa. Kernas semacam gorengan namun berwarna hitam dan terbuat dari ikan tongkol. Akan lebih nikmat jika dimakan dengan sambal yang sudah disediakan sepaket ketika membelinya. Sedangkan Lempa adalah makanan yang terbuat dari beras pulut. Rasanya tidak jauh berbeda dengan Lemper. Tapi isinya merupakan olahan dari ikan tongkol. Rasanya enak. Dan harganya cukup murah. Nikmat sekali dimakan selagi hangat. Apalagi jika ditemani oleh orang tersayang. Suasana romantis akan semakin menyenangkan tentunya.
Dalam hati aku tertawa. Ah ternyata aku salah. Meski suasana Kota Ranai sepi, ternyata pesona alamnya sangat luar biasa. Pantai Tanjung hanya satu dari sekian banyak keindahan alam di Kabupaten Natuna yang membuat kita berdecak kagum.
Kelapa muda ditemani Kernas dan Lampa hangat.
Sembilan Hari Di Natuna
14 Jam Perjuangan Menuju Ranai, Kabupaten Natuna
Ku pikir, perjalanan ke Kabupaten Natuna yang memakan waktu 14 jam, sama dengan perjalanan laut ku ke Kabupaten Karimun. Ternyata aku salah. Buktinya, 8 jam pertama berhasil menguras isi perutku. Aku mabuk laut!
LARA ANITA, Natuna
Awalnya tidak ada rencana apapun untuk Pergi ke Kabupaten Natuna dan mengikuti kegiatan Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah dalam rangka Seleksi Tilawatil Quran (STQ) ke VI, yang keberangkatannya direncanakan Sabtu (8/5). Lagipula dari pihak Humas Pemko Tanjungpinang juga telah mengingatkan, tidak mengajak media. Yah alhasil, Jumat (7/5) kemarin, sudah ku niatkan untuk menghabiskan waktu di kontrakan bersama tumpukan baju yang akan ku setrika. Sudah ku bayangkan bermalas-malasan di rumah. Setelah setrikaan selesai, maka akan ku habiskan untuk tidur. What a great idea! Belum lagi ke esokan harinya aku libur. Ah, nikmatnya dunia.
Tapi rupanya Tuhan punya kehendak lain. Sekitar pukul 10.00 WIB pagi itu, Blackberry ku berdering. Ku lirik sepintas dan tertulis nama salah satu pejabat pemerintahan yang sudah cukup ku kenal baik. Gunawan Grounimo. Saat ini beliau menjabat sebagai Asisten Administrasi Umum di Pemerintah Kota Tanjungpinang. Awak media tentulah akrab dengannya. Karena sebelumnya ia adalah Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tanjungpinang yang sehari-harinya welcome dengan wartawan yang menemuinya dan menanyainya ini itu. Kami menyebut beliau Kadis nyentrik. Karena disamping gayanya yang cuek, gaya bicaranya juga ceplas-ceplos.
Ku angkat BB ku. Dengan cepat beliau bilang mengajakku dan dua temanku yang seprofesi yaitu Saud (wartawan Antara) dan Albet (wartawan Posmetro). Aku terkesiap, dan sedikit kaget. "Besok pagi kita berangkat jam 6," ujarnya dengan cara bicaranya yang khas. Jadilah kami bertiga berangkat dadakan. Dengan dalam hati berkata "Oh My God. Belasan jam!". Dan aku segera berusaha menyelesaikan setrikaanku secepat kilat.
Sore harinya, sekitar pukul 17.00 WIB, setelah menyelesaikan tugas mengirim berita, aku pun ter birit-birit menyiapkan kebutuhan untuk keberangkatan esok hari. Dan bla bla bla. Sekitar pukul 21.00 WIB, semua kebutuhan terpenuhi, dan dilanjutkan dengan packing-packing. Fuih, sebelum tengah malam selesai semua. Dan lihatlah, koperku sudah menggelembung penuh sesak. Maklum saja, kami baru pulang kembali ke Tanjungpinang tanggal 17 Mei 2015. Atau sekitar 8 hari di Kabupaten itu.
*) Hari Keberangkatan
Sabtu (8/5)
Aku kelimpungan. Ku tatap jam di layar Ponselku, pukul 04.16 WIB. Bergegas aku menuju kamar mandi dengan sigap. Padahal di hari biasa, bisa memakan waktu satu jam setelah bangun kemudian menuju kamar mandi. Tapi hari ini ajaib.
Waktu masih menunjukkan pukul 05.00 WIB, buru-buru aku menuju Jalan Pramuka ditemani adikku dengan satu koper ukuran sedang yang penuh dengan segala macam tetek bengek urusan wanita. Seperti yang dijanjikan, pukul 05.30 WIB Pak Gun akan menjemput di simpang eks Kantor Gubernur. Menjemput kami bertiga.
Ah sudahlah, tidak perlu memperpanjang mukadimah. Kami pun dijemput dan langsung menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang. Susah payah juga membawa koper ini. Jadwal keberangkatan jam 07.00 WIB. Tapi ternyata tidak tepat waktu lantaran menunggu orang nomor 1 di Kota Tanjungpinang yang mau melepas seratusan kafilah. Duh Bapak. Bisa on time sesekali tidak ya? Bisa dibayangkan bangun jam empat subuh, bahkan tidak sedikit ibu-ibu kafilah yang bangun lebih awal lagi demi tidak tertinggal. Eh malah harus menunggu lagi. Kzl banget. Alhasil, baru berangkat sekitar pukul 08.00 WIB. Ya sudahlah. Lupakan Kzl tadi.
*) 14 Jam Yang Menyiksa
Sub judulnya menyeramkan? Tentu tidak lebih menyeramkan dari pengalaman ku. 14 jam? Ini pengalaman perdanaku. Kalau naik kapal besar sih biasa. Tapi ini kapal ferry, yang lingkupnya sempit. Jangankan untuk berbaring dengan nyaman, untuk sekedar meluruskan kaki saja sulit. Kakiku saja sudah bergelimpangan kemana-mana hanya sekedar untuk lurus. Parahnya lagi, ternyata aku mabuk laut. Ini pengalaman perdana. Benar-benar perdana! Perjalanan laut 14 jam menggunakan ferry, ditambah gelombang yang tinggi. Aku shock berat. Baru dua jam bertolak, perutku sudah terasa seperti dikocok-kocok. Aku mual. Antimo yang sudah ku telan ternyata tidak bereaksi apa-apa. Mana toilet? Aku segera menoleh ke pintu paling belakang. Kucari tulisan itu. Yap dapat. Tulisan menunjukkan letak toilet. Buru-buru aku menuju itu. Sialnya aku dalam kondisi yang kurang menguntungkan, aku sempoyongan karena kapal goyang.
Delapan jam pertama, perutku memang terkuras habis. Sudah lima kali bolak balik toilet, hingga tidak ada tersisa sedikitpun lagi yang bisa dikeluarkan. Lemas sudah pasti. Kalau sedang berada di acara TV, bisa dipastikan aku akan langsung melambaikan tangan ke kamera. "Stop! Aku ngga sanggup!" Mungkin aku akan berteriak seperti itu. Tapi rupanya aku cuma bisa pasrah.
Ku paksakan makan dua suap lauk, lantas kemudian minum antimo kembali. Beberapa saat kemudian, yes! Akhirnya aku mengantuk. Setelah bangun? Horreeyyy, sudah tidak semabuk sebelumnya. Setidaknya, dengan tidak mabuk bisa mengurangi tingkat stres ku naik kapal itu.
Ada lagi yang lebih parah. Satu peserta STQ yang sedang hamil, harus pasrah mabuk laut dan juga muntah-muntah seperti aku. Tapi tentu saja kondisi ibu hamil akan jauh lebih buruk kan?. Si ibu itu bahkan harus dibantu dipapah oleh orang lain. Nyaris pingsan. Pikirku, kenapa peserta dibiarkan naik kapal? Opo ora pengen menang? Kasian banget ibu ini yang dituntut menjadi pemenang untuk mengharumkan Tanjungpinang. Tapi pernyataan itu ku simpan dulu, nanti kutanyakan ke pejabat yang bersangkutan sesampainya di Natuna, dan ketika berjumpa dengannya.
Aku sedang bersemangat, karena 14 jam telah berlalu. Kecepatan kapal mulai melemah. Sekitar pukul 22.20 WIB, kami pun sampai di tempat tujuan. Dalam hati aku berharap, semoga 14 jam penuh perjuangan ini tidak sia-sia. ***
Natuna, Minggu (9/5)
Minggu, 22 Maret 2015
Tolong Berusaha Lebih Keras
Minggu, 08 Maret 2015
Boleh?
Jumat, 06 Maret 2015
Hamster dan si Buncit Berlesung Pipit
Hamster adalah binatang kecil, rapuh tetapi lucu dan menggemaskan.
Suatu hari, ada seekor hamster mungil tersesat. Berhari-hari terkatung-katung sendirian, tidak tahu arah dan tujuan. Sendirian. Umurnya di dunia masih terbilang muda. Keluarganya hilang atas keserakahan manusia yang memperjual belikan jenisnya. Ia sangat membenci manusia.
Sebenarnya, dia takut sendiri, karena bisa saja terinjak oleh kaki manusia yang tidak menyadari kehadirannya. Ia juga kesepian. Di tengah keputus asaannya, ia berdoa agar dikirimkan seseorang yang yang bisa melindunginya. Langit lantas mendengar doa putus asa hamster lucu tersebut.
Suatu pagi, seperti biasa hamster sedang mencari makan tidak jauh dari sarang tempat tinggalnya. Dia terlalu asik mengutip biji-bijian kecil di bawah pohon rindang. Ia terlalu asik makan, sampai-sampai tidak sadar ada seekor ular besar tengah memperhatikan dan bersiap memangsa tubuh mungilnya. Pelan, ular tersebut mendekati hamster.
Tapi tiba-tiba, "Braaaaakk," ular itu seketika menggelepar. Hamster kaget dan sontak lari bersembunyi, mengintip apa yang terjadi. Dari balik semak tempatnya bersembunyi, ia melihat ular yang besarnya berkali-kali lipat dari tubuhnya menggelepar. Mati. Ia pun sadar maut nyaris menghampiri.
Tidak jauh dari ular, ia melihat manusia berwajah lembut sedang berjongkok dan melihat ke arahnya. "Hai hamster lucu," ujar manusia itu ke binatang yang meringkuk ketakutan di balik semak yang tidak terlalu lebat.
Manusia itu kemudian mendekati hamster, mengulurkan tangan. Dengan tatapan meyakinkan, bahwa ia tidak akan menyakiti hamster itu. Hamster tidak bergeming, masih takut. Teringat yang terjadi kepada keluarganya.
Manusia berperut buncit berlesung pipit itu tetap sabar menunggu. Wajahnya sangat menenangkan. Ia lantas berujar "ayo hamster, aku tidak akan melukaimu. Aku hanya ingin menemanimu," si buncit berselonjor dan membuang pandangannya ke langit.
Hamster sebenarnya masih merasa takut. Tapi demi melihat wajah teduh bersahabat itu, ia lantas memberanikan diri. Pelan pelan ia dekati si buncit berlesung pipit itu. Rupanya si buncit menepati janjinya, ketika hamster sudah sangat dekat dengannya, ia justru membelai tubuh mungil hamster yang gemetar. Sembari tersenyum, si buncit bilang akan membawanya ke rumah, untuk menemaninya. Hamster diam saja, mengiyakan.
Rumah si buncit tidak jauh dari hutan. Tidak besar, tapi memiliki halaman yang luas dengan rumput hijau terhampar dengan indah. Hamster amat menyukai rumput, dan itu membuatnya tertawa riang. Tentu saja dengan suara mencicit. Karena hamster tidak bisa tertawa bukan.
Si buncit membiarkan hamster berlarian di pekarangan. Berlari kesana kemari. Tidak berapa lama, si buncit mengeluarkan sekantong kuaci dari saku celananya, untuk hamster. Ditaruhnya di atas rumput hijau, lantas ia memanggil hamster yang sedang riang gembira itu. Hamster makan dengan lahap, dan tidak henti-hentinya mencicit. Bilang dalam hati, si buncit amat baik. Tidak seperti manusia yang dijumpainya selama ini. Dalam hati ia berjanji, akan selalu menemani si buncit kemanapun, dan akan membuatnya selalu bahagia.
Tapi ternyata, masa bahagia hamster tidak berlangsung lama. Ketika si buncit membawanya masuk ke dalam rumah, ternyata ada peliharaan lain yang menunggunya. Dua ekor kucing manis duduk manis di kursi tamunya. Satu ekor kucing betina, dan anaknya berukuran mungil.
Hamster tidak berani mendekat, karena si kucing telah menatap galak. Hamster pun bersembunyi di balik kaki meja di dapur. Kendati begitu, si buncit tetap memperhatikannya, menyayanginya. Buncit menyayangi kucing itu, dan juga menyayangi hamster.
Tapi rupanya, si kucing tidak bisa menerima kehadiran hamster di dalam rumah majikannya yang sangat disayanginya. Bagi kucing, dialah peliharaan si buncit dan tidak boleh ada yang lain. Si kucing mendadak rewel, tidak mau makan. Hal itu membuat si buncit sedih. Hamster menyadari itu, dan teramat sedih. Ia berfikir, kenapa kehadirannya tidak bisa diterima kucing.
Beberapa hari kemudian, si buncit mendekati hamster. Meminta maaf, dan bilang akan mengembalikan hamster ke rumah asalnya. Hamster diam saja, ia sedih. Si buncit berusaha menenangkan hamster, dengan mengelus bulu-bulu di tubuh ringkihnya yang terlihat kaku. Jika si buncit menyadari, ia akan melihat butiran air mata yang sangat kecil mengalir dari mata si hamster.
Buncit mengulurkan tangan, dan hamster hanya menurut saja. Ia pasrah dengan keadaan, dan ia sadar diri. Hari itu, ia kembali dipaksa untuk belajar mengobati sesaknya berpisah dengan yang dikasihi.
Selasa, 24 Februari 2015
Coldplay
Mungkin sejak pertama kali aku mendengarkan salah satu musiknya yang berjudul "Magic" akhir tahun lalu.
Minggu, 22 Februari 2015
Mencintai Dengan Sederhana?
Indah bukan?
Kayu hanya diam saja saat dilalap api sehingga kayu itupun habis dan hangus. Demikian pula awan, saat hujan turun dan sedikit demi sedikit mengikisnya menjadi habis. Kata cinta apa yang tak sempat disampaikan oleh kayu dan awan itu ya? Ambillah. Semuanya untukmu.” barangkali itu.
Mereka yang memiliki kadar cinta seperti puisi di atas, menurutku bukan orang bodoh. Justru mereka adalah orang yang luar biasa. Bagaimana bisa mereka merelakan kebahagiaannya demi kebahagiaan yang dikasihinya? Kembali lagi. Dia yang berkorban, tidak merasa melakukan apa-apa, karena sumber kebahagiaannya adalah kebahagiaan orang yang disayanginya.