Jumat, 19 Desember 2014

Ketika Rindu Tak Membisu


Hai kalian yang di sana? Apa kabar?
Malam ini aku tiba-tiba terkenang. Sekelumit cerita yang pernah kita toreh kala menuntut ilmu di negeri orang. Hei, tenang saja. Aku tidak mungkin melupakan kalian. Apa kalian pikir karena aku sibuk dengan pekerjaanku, lalu dengan mudah menghapus episode kebersamaan kita? Tidak sama sekali. 



Jumat, 21 November 2014

Tanjungpinang Kampong Kite

 
                                     Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI)

          Kepri Fashion Carnival Regalia 2014

    Pulau Bayan, Tanjungpinang, Provinsi Kepri

    Hutan Bakau


Senin, 17 November 2014

Mereka Alien

Mereka Alien!

Berada di Yogyakarta lebih dari lima tahun, membuat aku kehilangan kontak dengan teman-teman semasa SMA maupun teman lainnya. Bukan salah Yogyanya, juga bukan salahku. Tapi Lantaran beberapa kali ponsel ku hilang di Kota pelajar itu. Jadi, untuk menyimpan kembali keseluruhan kontak rasanya sudah tidak mungkin. Jadilah satu persatuan mulai hilang.

Kalaupun masih ada satu dua tiga empat ataupun lima temanku di Tanjungpinang, rasanya juga sudah berubah. Canggung, dan tak sehangat dulu. Waktu ternyata mampu merubah semua ya. Bukan salah mereka, karena aku juga berubah. Jika kebetulan bertemu, paling hanya menyunggingkan senyum sekedarnya, kemudian tegur sapa pertanda tidak lupa.

Mereka alien! Begitu aku menyebutnya. Tentu saja bukan alien dalam makna yang sebenarnya. Tapi lebih ke makna asing. Ya! Aku merasa mereka adalah orang yang berbeda, dan menjadi asing bagiku. Sekali dua kali aku coba mengirim BBM mencoba menghangatkan kembali persahabatan yang dulu pernah terjalin. Hasilnya? Nol besar. Pada akhirnya, nama-nama mereka beserta PIN BBM yang ada sebatas koleksi di smartphone ku.***


Minggu, 16 November 2014

Festival Zapin Tanjungpinang

Dipadati Penonton, Berharap Peserta Dari Mancanegara
*) Gelaran Perdana Festival Zapin Tanjungpinang

Festival Zapin yang ditaja Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Tanjungpinang, mampu menyedot animo masyarakat Kota Tanjungpinang untuk berbondong-bondong menyaksikan pagelaran perdananya di tahun 2014 ini. Seperti apa ceritanya?

LARA ANITA, Tanjungpinang

Sabtu (8/11) malam, Gurindam Square yang berlokasi tak jauh dari Gedung Daerah dipadati ratusan masyarakat. Ada apa? Padahal biasanya lahan kosong tersebut kerap sepi, meskipun saat liburan tiba. Rupanya tengah digelar sebuah pagelaran seni tari. Tepatnya adalah festival zapin Tanjungpinang.

Ratusan penonton terpaksa berjubelan untuk menyaksikan aksi dari setiap penari. Maklum, lapangan tidak disediakan sarana memadai untuk penonton. Sehingga penonton terpaksa berdiri berjam-jam, dan tak jarang terpaksa menjinjitkan kakinya. Karena yang berada di depannya lebih tinggi darinya. "Aduh nggak keliatan," begitu ujaran yang kerap dilontarkan penonton. 

Festival zapin ini digelar oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Tanjungpinang. Dan merupakan iven perdana. Sudah tepat rasanya pemilihan lokasi pementasan di Gurindam Square yang dekat dengan Tepilaut. Pasalnya, Tepilaut selalu ramai pengunjung. Pengunjung Tepilaut yang penasaran akan dengan mudah menjangkau lokasi acara. 

Festival zapin ini digelar dua hari, sejak Jumat (7/11) lalu. Sebelumnya, dilombakan tarian zapin tradisi, yakni Zapin Pulau Penyengat. Sedangkan di Sabtu malam, dilombakan tarian zapin kreasi. Peserta yang hadir tidak hanya dari Tanjungpinang dan Bintan saja. Melainkan datang dari perwakilan beberapa daerah, seperti Kabupaten Siak, Rokan Hilir, Pekan Baru, Bengkalis dan Palembang. 

Peserta tari dari Kabupaten Siak                                                        F. Albet / Posmetro 

Kepala Disparekraf Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram mengatakan, disebabkan keterlambatan menyurati kabupaten maupun kota di Kepri untuk mengikuti iven ini. Sehingga peserta yang ada hanya 12 kelompok. "Untuk ke depan, kami akan menginformasikan jauh-jauh hari," tuturnya.

Kegiatan ini juga, merupakan salah satu upaya membangkitkan semangat budaya melayu. Selain itu, juga untuk memeriahkan Kepri Carnival dan juga Tour de Bintan. Untuk kedepan, cakupan peserta akan ditambah. Tidak hanya dari dalam negeri saja. Melainkan dari negara tetangga, seperti Malaysia, dan Singapura. "Kita akan mengundang semua daerah yang mempunyai zapin tradisional dan zapin kreasi," tuturnya.

Beberapa warga yang ditemui di lokasi memberikan respon positif terhadap pagelaran tersebut. Rahmi Syarif misalnya. Gadis berkerudung yang beralamat di Jalan Kampung Jawa ini mengaku senang dengan pementasan seni tari. Karena menurutnya, sudah wajar jika di tanah melayu, pagelaran seni tari diadakan. "Kita kan di tanah melayu. Jadi harus begini dong," ujarnya. Tapi, kata dia, untuk kedepannya, harus diperhatikan penonton yang berasal dari masyarakat awam. Sebab, ia mengaku kesulitan untuk melihat dengan jelas akibat tidak disediakan lokasi yang memadai. "Kami mau nonton susah. Itu sebenarnya acara buat masyarakat apa tamu_tamu terhormat saja?. Kami kan juga mau nonton," tukasnya. ***

Warna warni pelaksanaan tes CPNS

Dimarahi Orangtua Sampai Salah Jadwal
*) Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil Kota Tanjungpinang

Tidak hanya peserta ujian yang deg-degan dalam pelaksanaan tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kota Tanjungpinang tahun 2014. Rupanya para orangtua pun demikian. Bisa dikatakan, orang tua lah yang paling heboh menanti hasil ujian sang anak di ruang tunggu.

LARA ANITA, Tanjungpinang

Minggu (16/11) kemarin adalah hari ke dua pelaksanaan ujian CPNS Kota Tanjungpinang tahun 2014 yang digelar di lantai tiga Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang. Tahun ini memang sistemnya telah berubah, yakni menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT). Sehingga ujiannya menggunakan sistem komputerisasi. Sebanyak 3697 peserta yang berhasil melalui seleksi administrasi beberapa waktu lalu harus melalui tahapan ini sebelum akhirnya dapat menyandang gelar PNS. Tentu bukan hal mudah untuk dapat melewati tahapan kali ini. Peserta harus mampu mengerjakan 100 soal ujian yang terdiri dari tiga jeni soal, yakni TWK, TIU dan TKP dalam waktu yang singkat, 90 menit saja.
 
Peserta ujian mendaftarkan diri sesaat sebelum ujian

Apakah nilai tinggi dapat menjamin peserta lolos? Tentu tidak. Peserta harus mampu melewati passing grade dari ketiga jenis soal tersebut. Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) passing grade nya 70, Tes Inteligensi Umum (TIU) passing gradenya 75 dan Tes Kepribadian (TKP) passing grade nya 126. Kendati total jumlah nilai yang diperoleh tinggi, peserta harus mampu melampaui passing grade ke tiga jenis soal itu.  Jika tidak, otomatis peserta gugur. Namun, lulus passing grade di ketiga jenis soal juga tidak menjamin peserta lolos dengan mudah. Kenapa? Karena sistem saat ini menggunakan sistem ranking. Peserta dengan jumlah nilai tertinggi lah yang lebih berhak lulus.

Kemungkinan besar, hal itu juga yang menyebabkan tidak hanya peserta saja yang was-was. Para orang tua dan pengantar yang tengah menunggu juga tidak kalah hebohnya. Saat si anak tengah ujian di lantai tiga Gedung DPRD Kota Tanjungpinang, para orang tua dan pengantar menunggu di lantai dasar. Dimana di lantai tersebut telah disediakan sebuah layar monitor berukuran cukup besar. Layar tersebut berisikan nama-nama peserta ujian, berikut hasil TWK, TIU dan juga TKP. Dari layar itu, para orang tua dan juga pengantar dapat mengetahui hasil peserta. Tidak hanya hasil akhir yang ditampilkan, melainkan setiap detil hasil jawaban yang dipilih. Peserta dinyatakan lulus jika nama yang tertera beserta nilai berwarna hitam. Jika merah yang didapat, maka akan berlaku kebalikannya. Jadi sudah bisa ditebak bagaimana hebohnya para orang tua melihat hasil anaknya dari layar tersebut. Apalagi jika nilai belum mencukupi, tetapi waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi. Heboh sekali.

Ada satu kejadian cukup menarik perhatian kemarin. Ketika salah satu peserta telah selesai mengerjakan soal. Saat ia menuruni tangga, tiba-tiba seorang bapak berteriak ke arah peserta tadi. "Kenapa tadi dirubah jawabannya. Jadinya gagal kan," ujar bapak tersebut sedikit kesal ke peserta ujian yang ternyata adalah anaknya itu. Apa pasal? Rupanya sang anak, yang bernama Nur Elisya Rianti itu merubah jawaban pada soal TWK. Sebelum dirubah, nilai sang anak adalah 70. Nilai itu sesuai dengan passing grade TWK. Sayangnya kemudian Elisya merubahnya yang ternyata pilihannya salah, sehingga nilainya turun menjadi 65 untuk TWK, 105 untuk TIU dan TKP 158. Kendati nilai keseluruhannya adalah 328, Otomatis ia gagal, karena tidak lulus di TWK. Hal itu yang membuat sang bapak terlihat kesal. 

Ramai-ramai melihat hasil ujian 

Kejadian unik lainnya kemarin, ada satu peserta ujian yang terlambat hadir. Dan tidak diperbolehkan ikut ujian. Seorang panitia ujian, Prasetyo menyayangkan keterlambatan peserta tersebut. Padahal menurutnya, panitia telah mengabarkan perihal kedatangan peserta di lokasi ujian. "Sebelumnya sudah diberitahukan satu jam sebelum mulai sudah hadir ditempat. Tapi malah datang terlambat. Kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang berada di ruangan adalah pegawai BKN," tuturnya. 

Selain itu, ada juga peserta yang salah jadwal. Peserta bernama Jack Rafdinal dengan tergesa-gesa menghampiri meja panitia yang berada tidak jauh dari tangga ketika waktu hampir menunjukkan pukul 14.00 WIB. Ia dengan gesit akan membubuhkan tanda tangan. Namun, ketika dicari namanya ternyata tidak ada di kertas yang disodorkan oleh panitia. Panitia lantas memastikan kembali, apakah yang bersangkutan benar-benar mengikuti tes pada hari ini (kemarin, red). Jack dengan yakin menjawab kalau hari ini adalah jadwalnya ujian. "iya hari ini kok. Tanggal 16 November pukul 14.00 WIB," tegasnya. Panitia kemudian memintanya untuk mengecek kembali SMS yang dikirim oleh panitia. Berhubung saat itu ponsel yang bersangkutan berada di mobilnya. Dengan berlari kecil, ia langsung mengambil ponsel. Saat menuju panitia kembali, dengan senyum disunggingkan ia berujar kepada panitia. "Kok jadwal di SMS berubah ya?," ujar Jack terlihat menahan malu. Situasi itu sontak mengundang gelak tawa dari panitia dan beberapa orang yang hadir di lokasi tersebut. Ternyata jadwal ujian yang benar adalah Minggu (23/11) mendatang. 

Pelaksanaan ujian di hari kedua ini, diwarnai dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Senggarang dan sekitarnya. Kondisi tersebut membuat panitia ujian cukup direpotkan. Bagaimana tidak, ternyata gedung dewan rawan bocor, terutama di bagian pinggiran gedungnya. Sehingga air hujan terjun bebas ke lokasi ujian. Khawatir layar monitor terkena tampias air hujan, panitia lantas memindahkan layar monitor yang awalnya berada dekat dengan tangga naik, ke lokasi yang cukup aman. Jika sedikit saja panitia telat memindahkan, layar pasti sudah rusak. Kenapa? Tidak sampai lima menit layar dipindahkan, hujan turun dengan sangat deras. Sehingga air yang turun ke lantai satu juga dalam jumlah besar, tepat di lokasi awal layar diletakkan. "Untung dah dipindahkan," ujar seorang panitia. Panitia juga terpaksa membersihkan lantai yang banjir akibat bocornya atap gedung. Beruntung ruangan yang digunakan untuk ujian tidak bocor.

 Lokasi gedung dewan yang bocor

Pelaksanaan ujian CAT di Tanjungpinang cukup lama, yakni dimulai sejak tanggal 15 November sampai 1 Desember. Menurut Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Tanjungpinang, Raja Khairani, pelaksanaan memang cukup lama. Sebab, jumlah komputer yang sedikit. Pemerintah Kota Tanjungpinang hanya menyediakan 50 komputer saja. Untuk peserta hanya 48 komputer, karena dua unit digunakan oleh operatornya. Dalam sehari, jumlah peserta yang ikut tes hanya sekitar 240 orang saja. Itupun bergantian, dan dibuat lima sesi setiap harinya. "Kecuali Jumat. Kalau Jumat hanya empat sesi saja," tutur Khairani.

Khairani juga menjelaskan, kenapa tidak boleh ada peserta yang datang terlambat. "Satu menit pun tidak boleh datang terlambat. Karena dengan waktu yang singkat, kehadiran peserta yang terlambat akan mengganggu konsentrasi peserta lainnya," jelasnya. Ia juga menuturkan, hingga saat ini pelaksanaan Tes Kemampuan Bidang (TKB) belum bisa dipastikan. Sebab, belum ada tanggapan terkait itu oleh Kemenpan sendiri. "Kemungkinan besar tidak diadakan," ujarnya. Hal itu merujuk dari kebijakan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) yang mengatakan tahun 2014 ini semua urusan penerimaan CPNS harus sudah selesai ***



Kamis, 09 Oktober 2014

Catatan dari Nikah Massal Pemko Tanjungpinang
Ada Pasangan Kakek-Nenek, Wali Kota Jadi Saksi


Menikah secara resmi merupakan impian semua orang, termasuk bagi pasangan Pawan (50) dan Samini (54). Untuk itu, pasangan yang telah nikah siri sejak setahun silam ini memutuskan untuk ikut nikah massal yang digelar BP3AKB Kota Tanjungpinang, Rabu (8/10). seperti apa ceritanya?


LARA ANITA, Tanjungpinang
Sedikitnya ada 16 pasangan yang mengikuti nikah massal yang digelar Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kota Tanjungpinang di Asrama Haji Tanjungpinang, Rabu (8/10). Namun pasangan Pawan dan Samini merupakan pasangan yang paling menarik perhatian. sebab, mereka merupakan pasangan tertua di antara peserta lainnya.
                                                                                          F. Yusnadi/Batam Pos
Mengenakan balutan busana pengantin ala adat Minang. Pawan terlihat gugup, kakek yang telah memiliki tiga cucu itu terlihat makin tegang saat penghulu menjabat tangannya untuk mengucap ijab kabul.

Tapi mendadak suasana berubah drastis mencair dan penuh gelak tawa. Apa pasal? Ternyata Pawan terlalu bersemangat, belum selesai tok Kadi berucap, Pawan telah memotong membalas ijab. "Bapak tak usah semangat kali pak," ujar penghulu, disambut gelak tawa hadirin dan juga Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah yang kala itu menjadi saksi nikahnya. Pawan tersipu malu. Begitu pula dengan mempelai perempuan disebelahnya, yang bernama Samini itu. Penghulu lantas mengulang ijab kabul, kali ini Pawan berhasil. Saksi menyatakan sah, diikuti ucapan syukur dari seluruh peserta yang hadir. Selang berapa saat, suasana kembali heboh. Saat Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah mempersilahkan mempelai perempuan mencium tangan Pawan. Pawan justru mencium pipi sang istri. Sontak kelakuan Pawan membuat hadirin memberi sorakan.

Pawan dan Samini bersama beberapa pasangan lain, sengaja ikut serta dalam nikah massal yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kota Tanjungpinang. Nikah massal merupakan iven rutin setiap tahunnya. Pawan dan Samini juga merupakan pasangan tertua saat itu.

Saat berada di singgasana yang dihias dengan indah, Pawan menceritakan ia terpaksa menikahi istrinya secara siri. Karena waktu itu, ia tidak memiliki dokumen resmi kependudukan apapun. Karena, laki-laki yang berasal dari Sumbawa itu sempat bekerja di Malaysia. "Waktu itu memang tak ada surat-surat. Jadi terpaksa nikah siri. Daripada digunjing orang," ujar laki-laki yang telah memiliki tiga anak itu. Saat ini, pasangan suami istri tersebut, tinggal di Batu 13 arah Kijang, RT/RW 02/12 Kelurahan Batu 9. Ia telah tiga tahun menetap di Tanjungpinang.

Pawan telah memiliki tiga orang cucu. Sementara sang istri memiliki enam anak dan delapan cucu. Awalnya, Pawan tidak mengetahui program nikah massal tersebut. Beruntung, ketua RT di wilayahnya mengabarkan hal itu. Ia kemudian bergegas mendaftarkan diri. "Pak RT yang ngasih tau," ujarnya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan tersebut. Dengan malu ia mengatakan gugup saat ijab kabul. "Terimakasih ke pemerintah, karena sudah menggelar kegiatan seperti ini," ujarnya.

Kepala BP3AKB Kota Tanjungpinang, Ahmad Yani mengatakan, ada 16 pasangan yang menikah. Hanya saja, hanya dua pasang saja yang melaksanakan akad di Asrama Haji, termasuk pasangan Pawan dan Samini. Sementara ada 1 pasangan yang terpaksa menunda pernikahan, karena belum memperoleh persetujuan dari orang tua. Sedangkan yang lainnya, telah menikah di KUA (Kantor Urusan Agama) di masing-masing kecamatan.

Nikah massal ini, tidak hanya diperuntukkan bagi pasangan yang menikah siri. Melainkan, bagi pasangan yang belum menikah. "Datang saja langsung ke kantor kami untuk pendaftaran," ujarnya.***

Minggu, 21 September 2014

Rindu Seketika...

Tiba-tiba rindu..
Bukan merindu dendam bak pungguk merindukan bulan. Tapi, mungkin bisa saja serupa itu.
Bak seorang yang merindukan pujaan hati, aku pun begitu.
Bedanya, aku merindukan kawan-kawan seperjuangan di almamater tercinta Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rindu ini sebenarnya kerap timbul tenggelam. Saat aku beraktifitas, bisa dikatakan sejenak terlupakan. Tapi di saat seperti sekarang, ingatan-ingatan tentang mereka kembali bermunculan. Bahkan, aku sempat menangis sejadi-jadinya ketika menonton video sederhana editan kepala puak angkatan kami di jurusan Biologi. Siapa lagi, tentunya si odong Khotibul Umam. Video itu pastinya dibuat si odong dengan kemampuan mengedit ala kadarnya :P .. Hahaha, tapi tetap aku salut sama dia. 

Seperti sekarang ini, aku kembali teringat kawan-kawan BioSquad 2008, karena tak sengaja melihat postingan foto wajah beberapa  temanku di grup angakatan kami. Lagi-lagi itu ulah si Umam. Aku tau dia pasti merindukan kami dari Taiwan. Tau banget. 

Foto kita di Parangtritis Beach. Yang ngga ada jangan marah ya. Salahnya ngga ikut :P
Kalau sedang begini, aku sering bertanya-tanya. bagaimana kabar mereka? Seperti apa sekarang? dan banyak lagi tentunya.jadi teringat pertama masuk kuliah. bagaimana perkenalan pertamaku dengan Sofi di hari pertama. Lalu perkenalanku dengan Vela, Siti dan Mery. Kemudian berlanjut ke teman-teman lain. Ya ampun, saat itu kita begitu pecicilan. (Beda kalau dibandingin sama P.Bio :p)

Di waktu-waktu lainnya, aku akan teringat saat-saat mengerjakan laporan praktikum. Contek sana contek sini. Copy laporan si itu ini situ sini. Rasanya begitu singkat waktu-waktu itu berlalu kawan. Tiba-tiba kita sudah memakai toga dan telah meninggalkan almamater, serta jejak kebersamaan kita di kampus. Tapi itu bukan berarti kalian menghapus jejak kebersamaan kita di hati kalian kan??



Tanjungpinang, 21 September 2014
20.05 WIB :*



Jumat, 19 September 2014

Flashback...

=====

Sebenarnya, ini waktu aku sudah benar-benar kepingin tidur. Tapi nyatanya, semakin berusaha mejamkan mata, eh mata makin 'gak bisa merem. Ujung-ujungnya ikut sok sibuk seperti adikku yang juga tengah benar-benar sibuk mengerjakan tugas.

Sejak pagi pikiranku sudah menerawang jauh ke belakang, saat pertama memulai kerja. Setelah berhasil melalui hari pertama, dan menurutku luar biasa sukses (yah, walaupun beritanya tidak terbit :p). Tibalah hari ekseskusi ke dua. Di hari ke dua itu, aku sudah dibekali Bang Zekma tugas ke perpustakaan daerah, untuk menanyakan ini itu. bla bla bla.Oke, semua pertanyaan sudah ku catat di buku kecil. Sendirian aku naik angkot ke perpustakaan. Hal lain yang harus diketahui, waktu itu aku juga tidak tahu, kalau yang harus diwawancarai adalah 'petinggi' instansi terkait. Aku dongok lagi,

Yah, untungnya saat itu fotografer, Bang Odi datang. Sedikit banyak dia menjelaskan, kalau mau wawancara harus ke ini itu sini situ. Sebelum wawancara harus perkenalkan diri, lalu bla bla bli bli. Alhamdulillah sedikit tercerahkan. Tapi tetap loh, aku masih dongok banget. Yasudah, yang penting ada bekal toh.

Singkat kata, wawancara selesai. aku pun kembali ke kantor. Whoilla!! sesampainya di kantor aku tetap tidak tahu akan mengolah berita yang seperti apa. Apa sisi yang menarik? Aku buntu lagi. Dan... jadilah aku membuat sesuka lagi,, hehe. Dann you knowlah. ending-endingnya Bang Zekma edit habis tulisan yang ku buat berjam-jam itu. mirisnya, besoknya tetap nggak terbit loh. :D

=====

Tanjungpinang, 19 September 2014 
11.17 malem. :*


Asrama Puteri Riau Yogyakarta


Sebagai alumni asrama tercinta ini, udah sewajarnya dong saya mengabadikan tempat ini lewat tulisan saya. :D

Namanya Asrama Puteri Riau Yogyakarta, ngga ada nama spesifik terkait penamaan asrama kami ini. Ngga seperti nama asrama daerah lainnya, semisal Asrama Puteri Sumbar "Bunda Kandung", atau Asrama Kaltim "Mangkaliat". Asrama kami cukup disebut Asrama Puteri Riau atau ASPURI untuk mempermudah penyebutannya.

Sebelumnya sempat bingung nyari referensi sejarah dan kapan berdirinya aspuri ini. Alhamdulillah, Ketua Aspuri periode 2013-2014, Nurul Hasanah, mau berbaik hati mengirimkan filenya (terimakasih adek :*).


#Asal muasal Aspuri

Konon, tahun 1960 (belum tau dunia saya :P) Pemrov Riau membeli dua bangunan tua, satu di daerah Bintaran Tengah No.2 yang kemudian dibangun Asrama Putera Riau, dan yang satu lagi di daerah Jalan RW. Monginsidi (dulu namanya Jalan Cemoro Jajar, karena dulunya pohon cemara tumbuh berjeje disepanjang jalan itu) No.10, dibangun untuk Asrama Putri Riau.

Jaman dulu itu, harga bangunan tua untuk dibangun aspuri itu harganya Rp350ribu. Iyah, dulu segitu itu udah mahal banget loh. Katanya lagi nih, konon bangunan tua itu adalah milik Belanda, yang dibuat sekitar tahun 1902, kebayang ngga sih tuanya (agak horor gitu jadinya :P). Jadi, tahun 2013 ini, bangunan aspuri udah berumur 111 tahun (gilak ga tuh, pantes hawanya beda)

Aspuri udah mengalami beberapa kali perbaikan, yakni tahun 1980/1981. terus tahun 1994/1995. tahun 2000/2001, tahun 2005/2006, rusak karena gempa jogja waktu itu dan terakhir tahun 20011. Perbaikan yang terus dilakukan, bukan tidak merubah bentuk bangunan. Tahun 2005/2006 lah, perbaikan dilakukan secara total. Aspuri yang dulunya berupa bangunan dengan model kuno dan berbentuk bangunan Belanda, dan cuma meiliki 9 kamar, sekarang telah disulap menjadi bangunan megah dua lantai yang meiliki 23 kamar tidur, dengan model lebih modern.

Terakhir tahun 2013 ini, perbaikan dan penyempurnaan Aspuri tetap dilakukan. Saya jadi teringat, awal-awal saya tinggal di aspuri. kalau ngga salah tahun 2010. Keadaan waktu itu sangat mengenaskan. Gimana ngga coba, tiap hujan datang, kamar warga rata-rata banjir. Karena apa? karena atapnya bocor. Belum lagi atap yang sering roboh (iya bener-bener jatuh atapnya). Kalau hujan datang, satu asrama itu gotong royong ngepel. Menyedihkan, tapi punya sejuta kesan buat kami.

Tapi, berkat perjuangan dan kegigihan Ketua kita waktu itu, rianti Gustina (Sekarang udah jadi guru di Rengat, Indragiri Hulu), dengan perjuangan berliku-liku, meski sering diomelin pemda, bolak balik Jogja-Riau, akhirnya jadilah di renovasi aspuri tercinta kami ini.








A.  Sejarah Singkat Asrama Putri Riau Yogyakarta
Bangunan yang dikenal dengan nama Asrama Putri Riau Yogyakarta disingkat dengan ASPURI adalah milik pemerintah provinsi Riau. Pada tahun 1960 Pemerintah Provinsi Riau membeli sepasang bangunan tua yang selanjutnya dikenal dengan nama Asrama Putra Riau Yogyakarta di Jl. Bintaran Tengah No. 2 dan Asrama Putri Riau Yogyakarta di Jl. Cemoro Jajar No. 10 (sekarang nama Jl nya berubah menjadi Jl. RW. Monginsidi No. 10). Pada waktu itu Asrama Putri Riau Yogyakarta dibeli dengan harga Rp. 350.000 (Tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Tentunya keberadaan Ikatan Pelajar Riau dan orang tua (keluarga) Riau di Yogyakarta berperan besar dalam pengadaan asrama ini.
Menurut sejarahnya bangunan ini adalah milik Belanda. Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1902. Jadi, pada tahun 2013 ini. bangunan ini sudah berumur sekitar 111 tahun. Bangunan Asrama Putri Riau ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan yaitu pada tahun 1980/1981, tahun 1994/1995, tahun 2000/2001, tahun 2005/2006 dan terakhir kali pada tahun 2011. Perbaikan pada tahun 2005/2006 bangunan ini berubah total, yang dulunya berbentuk bangunan Belanda yang hanya mempunyai 9 kamar tidur sekarang berubah menjadi 23 kamar tidur dan bangunannya tidak berbentuk bangunan Belanda lagi.
Asrama Putri Riau Yogyakarta adalah lembaga semi otonom yang pengelolaannya diserahkan kepada pengurus dan anggota/warga Asrama Putri Riau Yogyakarta. Pengurus Asrama Putri Riau Yogyakarta bertanggung jawab kepada anggota/warga Asrama Putri Riau Yogyakarta. Anggota/warga Asrama Putri Riau Yogyakarta adalah anggota komisariat yang tergabung kedalam organisasi Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta (IPRY) yang telah memenuhi syarat-syarat untuk menjadi anggota/warga Asrama Putri Riau Yogyakarta.

B.  Sejarah kepengurusan
Secara umum dalam penyusunan atau pembentukan pengurus Asrama Putri Riau Yogyakarta periode 2013/2014 berawal dari hasil keputusan Musyawarah Tahunan Anggota Asrama Putri Riau Yogyakarta pada tanggal 13-14 April 2013, yang telah menghasilkan kami sebagai formatur. Melalui rapat pada tanggal 21 April dibantu oleh made formatur, maka terbentuklah pengurus Asrama Putri Riau Yogyakarta periode 2013/2014 dan dilantik oleh penasehat Asrama Putri Riau Yogyakarta dan disaksikan oleh ketua IPRY pada tanggal 1 Juni 2013. Masa jabatan kepengurusan Asrama Putri Riau Yogyakarta yang kami emban kurang lebih satu tahun guna merealisasikan program kerja yang telah direncanakan.

C.  Kepengurusan
Kepengurusan hanyalah sebuah tim yang bekerja untuk suatu komunitas yang mempunyai tujuan. Kepengurusan ditunjuk oleh warga sebagai tim yang dipercaya mampu menjalankan segala prosesi dalam mencapai tujuan bersama yang secara verbal dijelaskan dalam program kerja yang ditawarkan.
Pengurus dan warga adalah satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai tujuan Asrama. Kesadaran dan rasa memiliki yang tertanam dalam diri pribadi setiap individu sangat dibutuhkan. Bermula dari rasa memiliki dan kesadaran itulah akan muncul suatu etos kerja yang selanjutnya menimbulkan kerjasama yang baik antara pengurus dan warga Asrama Putri Riau Yogyakarta. Selama periode kepengurusan ini, terbentuk kepengurusan yang cukup solid antara ketua, sekretaris, bendahara, koordinator dan staf dari setiap divisi.**

Kamis, 18 September 2014


Reuni #Part 1 

Sepertinya sudah cukup lama tak membuka blog abal-abal ini. Tidak terasa juga, nyaris genap 1 tahun aku bekerja di perusahaan media ini sebagai jurnalis. Selalu ngakak ketawa ketiwi sendiri kalau ingat awal-awal liputan dulu. Waktu itu, rasanya kalau ada kamera pengennya melambaikan tangan mulu. Pengen nyerah, Kenapa? karena 3 bulan awal atau setengah tahun pertama itu rasanya sakit sekali mencari berita. Pait banget!! Gimana tidak, aku bener-bener buta segala yang berkaitan dengan berita. Menulis beritapun aku tak pernah, apalagi harus nguber-nguber nara sumber yang sama sekali tidak dikenal. Ironisnya waktu itu, pelatihan sama sekali tak ku dapatkan.. Haha ampun-ampunan. 

Hari pertama masuk kerja, kumpul di morning bakery. dengan teganya, si koordinator liputan (waktu itu Bang Zekma) langsung meminta kami liputan. what??!! yang bener saja. aku bahkan tak tau harus buat berita apa? bagaimana cara wawancara dan segala macam tetek bengeknya. Sial!!

Akhirnya, setelah mikir keras dan dapat masukan dari Fatih (kami masuknya barengan), aku dapat liputan perdanaku. Liputan hari sumpah pemuda. karena kebetulan hari itu bertepatan tanggal 28 Oktober 2013, bersempena hari sumpah pemuda. Gugup sekali waktu itu. Diam-diam aku berfikir keras, aku mau tanya apa? Ya sudah ku pendam saja. Dari Fatih kuperoleh nomor kontak seorang mahasiswa yang malam sebelumnya menggelar acara memperingati hari sumpah pemuda. Kuikuti saja, toh aku memang buta kayu.

Kuhubungi, tapi yang bersangkutan mengatakan sedang mengajar, akhirnya dari dia kuperoleh nomor lainnya. Dan dari nomor lainnya ku peroleh nomor lainnya lagi. Sampai kemudian berakhir ke nomor salah satu dosen UMRAH, Muharroni. Yap. Dia orang pertama yang beruntung ku wawancara. :P

Ditemani Farah (wartawan juga), kami menuju Pamedan, tempat yang aku dan calon narsum sepakati untuk memulai eksekusi. Sumpah deg-degan. Sebelum memulai, sempat bertanya ke Fara bagaimana cara memulai wawancara. Fara tidak banyak menjelaskan. "Coba saja, seperti ngobrol-ngobrol," kurang lebih begitu katanya, kalau tak salah ingat. Waktu itu, narsum sangat berapi-api menjelaskan tentang penggunaan Bahasa Indonesia. Sialnya aku, si Dosen ini ternyata bawel (Bang Muharroni, begitulah kesan pertama aku mengenalmu haha).Dan dongoknya aku, sejam beliau ngomong, sejam juga ku sodorkan perekam. Gila, fikirku. Bagaimana caranya ku tulis sepanjang itu. 

Yes. Akhirnya wawancara perdanaku selesai. Aku lega sekali. Lega karena tanganku sudah kesemutan dan pegal memegang recorder ke Dosen itu. Sesampainya di kantor, aku pening lagi. Ya salam, ini rekaman panjang banget, aku membatin. Aku tambah kalut karena tak tahu harus nulis darimana, apa yang mau ku tulis. Aku bengong. 

Pasrah, ku tulis saja sesukaku. Waktu itu aku tidak tahu lead berita harus bagaimana dan seperti apa. Untungnya, si Dosen tadi memberikan beberapa lembar tulisan berisikan apa yang tadi diucapkan saat wawancara, dan itu saja yang ku tulis. Selamat selamat. Dan yang selalu bikin aku ngakak kalau ingat, saat itu menulis satu berita saja, membutuhkan waktu berjam-jam saudara sekalian. Yap. Menulis 3 jam, dan membaca berkali-kali sampai 2 jam. Jadi gini, pulang ke kantor waktu itu pukul 11, dengan membawa 1 bahan berita. Lalu ngetik hingga pukul 3, dan bene-bener yakin sama tulisan setelah pukul 6. Dan sakitnya, itu tulisan diedit habis sama Bang Zekma. Setelah itu dikirim ke email redaktur. Dan yang membuat bertambah sakt, beritanya tak terbit keesokan harinya,... ahahaha paitpait. Tapi suailah, aku sadar juga mutu tulisanku . :D

Eh udah dulu yah.. berhubung jam 09.00 WIB ini ada liputan di kantor arsip. dan sekarang dah jam 08.06 WIB. Belum mandi. Ntar disambung lagi. 

Rabu, 14 Mei 2014


Pagi itu suasana sudah ramai, saat aku memasuki salah satu kelas di fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5 tahun lalu. Semua wajah yang asing yang ku temui, tidak ada yang ku kenali. Ya, hari itu hari pertama aku mengikuti class meeting di kampus baru ku itu. Semuanya serba baru. Orang-orang baru, lingkungan baru.
Satu-satu kuperhatikan bakal teman-teman baruku itu. Unik. Yang paling menempel di ingatanku waktu itu adalah Ahmad Solihin. Kenapa? Karena dia adalah ketua waktu itu, ditambah dia juga ganteng dengan logat khas Madura yang kental. Dia juga tidak malu-malu. Alias banyak omong.
Waktu itu, bangku disusun sedemikian rupa. Jadi, kami duduk memutar, saling berhadap-hadapan. Tak lama kemudian, masuk seorang dosen manis, yang berselang kemudian ku ketahui Bu Dosen itu bernama Arifah Khusnuryani, yang kemudian menjadi salah satu dosen favoritku. Ia mengajar di beberapa mata kuliah njelimet, antara lain Mikrobiologi, dan Genetika. Cara berbicaranya lembut, nan santun. Baik orangnya.



Dari dosen ini yang paling kuingat adalah beliau menyuruh kami menulis harapan kami di selembar daun buatannya. Kemudian menempelkan di dahan yang juga telah ditempelkan di white board depan ruang kelas. Aku bahkan telah lupa. Apa yang kutuliskan di daun itu? Aku benar-benar lupa.
Hingga jam istirahat siang, Solihin dan seorang teman Maduranya yang lain, Wasil membagikan nasi bungkus untuk kami. Aku makan sendirian di kelas. Istirahat selesai. Aku memilih berpindah tempat duduk. Agak jauh dari tempatku semula. Nah disitu aku mulai berkenalan dengan teman baruku, yang kemudian menjadi sahabat-sahabatku. Aku lupa siapa yang memulai tegur sapa. Tiba-tiba saja kami sudah saling berjabat tangan saling menanyakan nama dan asal. Dari yang satu namanya Vela dan yang satu lagi Siti. Mereka sudah kenal lebih dulu. Siti dari Lampung dan Vela dari Belitung. Kesanku pertama, mereka ramah.
Cukup banyak yang diobrolkan. Tapi, tentu saja masih dalam keadaan canggung. Maklum baru kenal. Bisa saja waktu itu aku telah berkenalan dengan yang lain. Tapi aku lupa. Ternyata waktu 5 tahun, mampu menyamarkan memori otakku. (Kalau begini dari dulu aku buat buku harian, huhh).
Tapi, kemana Mery?? Kapan aku ketemu Mery??


                                                                                                                                                                     (Bersambung...)

Senin, 12 Mei 2014

Pertunjukkan Seni Tari Presean Lombok NTB di Pentas Seni Budaya Ritual Kesenian Daerah Tanjungpinang 2014

Saling Pukul, Ngeri-Ngeri Seru
dan Diiringi Gendang Raksasa

Dua pemuda saling serang dan saling pukul. Keduanya bukan terlibat tawuran, bukan pula berebut cewek. Mereka tampil sebagai bagian dari Pentas Seni Budaya Ritual Kesenian Daerah Tanjungpinang 2014 di Anjung Cahaya, Sabtu (10/5) malam. Bagaimana kelanjutan aksi seru ini?

LARA ANITA, Pinang Kota

Kedua pemuda yang lagi semangat adu kekuatan dan kelincahan itu dikelilingi sekumpulan laki-laki yang asik memainkan musik. Beberapa kali aksi kedua pemuda itu hampir menabrak penonton. Masing-masing, memakai ikat kepala dan bersarung, berdiri di dua sisi berbeda. Masing-masing tangan kiri mereka sama-sama memegang perisai yang terbuat dari kulit binatang. Sementara, tangan kanan erat memegang rotan yang panjangnya tidak sampai dua meter. Ujung rotan itu dibalut dan dipadupadankan dengan aspal dan pecahan beling.

Mereka menunggu aba-aba wasit, menunggu aba-aba untuk saling pukul. Rotan itulah yang akan digunakan sebagai senjata, dan perisai yang mereka pegang, sebagai penahan serangan lawan. Penonton sedikit bingung, apa yang akan terjadi? Berselang berapa detik, sang wasit memberi aba-aba mulai, kedua pemuda itu dengan beringas sontak saling memukulkan rotan. Berusaha mencari celah supaya mengenai tubuh lawan. Bagi yang berhasil, akan mendapatkan poin.

Begitulah cara kerjanya. Kedua pemuda itu tengah mempertunjukkan seni tari presean, suguhan khas dari Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB). Decak kagum dan kaget seketika terlihat dari wajah-wajah penonton.

Konon, tarian yang berasal dari suku Sasak itu, dahulunya adalah sarana latihan bagi para prajurit Lombok, sebelum berperang. Tarian itu juga sarat akan pesan moral. Dikatakan demikian, sebab meskipun dalam pertarungan itu prajurit akhirnya berdarah karena pukulan dari rotan, mereka tidak memiliki dendam ataupun amarah. Dalam suguhannya, tarian presean ini diiringi oleh musik tradisional. Seyogyanya, pertunjukkan ini terdiri dari lima ronde.

Uniknya, seni tari ini diiringi musik tradisional, dimana alat musik utamanya berbetuk gendang, dan dikenal dengan sebutan gendang beleq (lafal be tidak tebal. Seperti te pada kata telur, red). Gendang ini berukuran raksasa. Bahkan ukurannya lebih besar dari si pemain. Sehingga pemain musik harus menabuh gendang ini sambil berdiri. Ada dua gendang yang ditabuh pada pertunjukkan itu, yang juga ditabuh oleh dua pemuda. Alat tabuh hanya dipegang oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri, menggunakan telapak tangan sebagai penabuhnya. Sungguh apik, karena pemain terlihat sangat lihai memainkan gendang. Ditambah dengan iringan musik lainnya. Menambah riuh semarak pukul memukul para prajurit yang beraksi dibawah panggung.

Jika sekilas didengar, musik yang dihasilkan, mirip dengan musik dari Bali. Bisa saja, sebab letak geografis antara Lombok dan Bali tidak terlalu jauh. " Gendang in dulunya dipakai untuk mengiringi kepergian prajurit ke medan perang. Dan menyambut kepulangan prajurit," kata Ketua Sanggar Rinjani Lombok, Sahri di sela-sela pertunjukkan.

                                                                    Yusnadi/Batam Pos


Tarian ini digelar dalam ritual kebudaaan yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Tanjungpinang, Sabtu (10) malam di Anjung Cahaya, Tepi Laut. Adalah oleh dinas, acara tampilan seni dan budaya ini merupakan iven rutin setiap tahunnya. Bahkan di setiap bulannya, ditaja iven serupa yang menampilkan pertunjukkan dari kebudayaan yang berbeda.

Penonton sangat terhibur dengan apa yang tengah dilihatnya. Pasalnya, di Tanjungpinang sendiri, jarang sekali ada pertunjukkan seni dan budaya dari daerah lain, apalagi Lombok. Tentu saja antusias masyarakat sangat besar terhadap pertunjukkan ini. Terlihat sirat kengerian di wajah pengunjung, saat melihat salah seorang pemuda terkena sabetan rotan dari lawannya. "Ngeri betul," ujarnya. Tapi, semakin ngeri, ternyata semakin banyak yang tertarik untuk menonton pertunjukkan itu. "Sakit tak ye," sebut penonton lainnya.

Selain seni tari presean, sanggar ini juiga menampilkan tari barong. Dimana tarian ini, diperuntukkan untuk menghibur raja pada zaman dahulu. Dalam tarian ini, sesesorang bertopeng barong menari ke sana kemari dengan gerak yang terlihat lucu. Tari barong ini, juga diiringi oleh gendang beleq, namun ritme musiknya lebih ceria.

Seorang pengunjung, Zulfikar mengungkapkan kekagumannya terhadap tari tradisional Lombok itu. Menurutnya, tontonan yang tengah ditontonnya merupakan hal baru baginya. "Unik, karena tadi saling pukul," ujarnya kemudian menambahkan, meskipun sakit saat kena pukul, para pemain masih tetap semangat. Zul berharap, untuk kedepannya supaya lebih banyak lagi tampilan kesenian yang disuguhkan. "Apa kesenian dari Lombok, cuma dua saja yang paling utama,?," tanyanya.

Ucapannya Zulfikar, disambung oleh teman sebelahnya, Albet. Albet juga mengaku baru pertama kali melihat kebudayaan Lombok ini. Ia bahkan heran melihat gendang belek yang sangat besar itu. "Gede gendangnya," ujarnya lantas tertawa, kemudian melanjutkan memotret setiap momen pertunjukkan yang membuatnya jakun itu.