Rabu, 14 Mei 2014


Pagi itu suasana sudah ramai, saat aku memasuki salah satu kelas di fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5 tahun lalu. Semua wajah yang asing yang ku temui, tidak ada yang ku kenali. Ya, hari itu hari pertama aku mengikuti class meeting di kampus baru ku itu. Semuanya serba baru. Orang-orang baru, lingkungan baru.
Satu-satu kuperhatikan bakal teman-teman baruku itu. Unik. Yang paling menempel di ingatanku waktu itu adalah Ahmad Solihin. Kenapa? Karena dia adalah ketua waktu itu, ditambah dia juga ganteng dengan logat khas Madura yang kental. Dia juga tidak malu-malu. Alias banyak omong.
Waktu itu, bangku disusun sedemikian rupa. Jadi, kami duduk memutar, saling berhadap-hadapan. Tak lama kemudian, masuk seorang dosen manis, yang berselang kemudian ku ketahui Bu Dosen itu bernama Arifah Khusnuryani, yang kemudian menjadi salah satu dosen favoritku. Ia mengajar di beberapa mata kuliah njelimet, antara lain Mikrobiologi, dan Genetika. Cara berbicaranya lembut, nan santun. Baik orangnya.



Dari dosen ini yang paling kuingat adalah beliau menyuruh kami menulis harapan kami di selembar daun buatannya. Kemudian menempelkan di dahan yang juga telah ditempelkan di white board depan ruang kelas. Aku bahkan telah lupa. Apa yang kutuliskan di daun itu? Aku benar-benar lupa.
Hingga jam istirahat siang, Solihin dan seorang teman Maduranya yang lain, Wasil membagikan nasi bungkus untuk kami. Aku makan sendirian di kelas. Istirahat selesai. Aku memilih berpindah tempat duduk. Agak jauh dari tempatku semula. Nah disitu aku mulai berkenalan dengan teman baruku, yang kemudian menjadi sahabat-sahabatku. Aku lupa siapa yang memulai tegur sapa. Tiba-tiba saja kami sudah saling berjabat tangan saling menanyakan nama dan asal. Dari yang satu namanya Vela dan yang satu lagi Siti. Mereka sudah kenal lebih dulu. Siti dari Lampung dan Vela dari Belitung. Kesanku pertama, mereka ramah.
Cukup banyak yang diobrolkan. Tapi, tentu saja masih dalam keadaan canggung. Maklum baru kenal. Bisa saja waktu itu aku telah berkenalan dengan yang lain. Tapi aku lupa. Ternyata waktu 5 tahun, mampu menyamarkan memori otakku. (Kalau begini dari dulu aku buat buku harian, huhh).
Tapi, kemana Mery?? Kapan aku ketemu Mery??


                                                                                                                                                                     (Bersambung...)

Senin, 12 Mei 2014

Pertunjukkan Seni Tari Presean Lombok NTB di Pentas Seni Budaya Ritual Kesenian Daerah Tanjungpinang 2014

Saling Pukul, Ngeri-Ngeri Seru
dan Diiringi Gendang Raksasa

Dua pemuda saling serang dan saling pukul. Keduanya bukan terlibat tawuran, bukan pula berebut cewek. Mereka tampil sebagai bagian dari Pentas Seni Budaya Ritual Kesenian Daerah Tanjungpinang 2014 di Anjung Cahaya, Sabtu (10/5) malam. Bagaimana kelanjutan aksi seru ini?

LARA ANITA, Pinang Kota

Kedua pemuda yang lagi semangat adu kekuatan dan kelincahan itu dikelilingi sekumpulan laki-laki yang asik memainkan musik. Beberapa kali aksi kedua pemuda itu hampir menabrak penonton. Masing-masing, memakai ikat kepala dan bersarung, berdiri di dua sisi berbeda. Masing-masing tangan kiri mereka sama-sama memegang perisai yang terbuat dari kulit binatang. Sementara, tangan kanan erat memegang rotan yang panjangnya tidak sampai dua meter. Ujung rotan itu dibalut dan dipadupadankan dengan aspal dan pecahan beling.

Mereka menunggu aba-aba wasit, menunggu aba-aba untuk saling pukul. Rotan itulah yang akan digunakan sebagai senjata, dan perisai yang mereka pegang, sebagai penahan serangan lawan. Penonton sedikit bingung, apa yang akan terjadi? Berselang berapa detik, sang wasit memberi aba-aba mulai, kedua pemuda itu dengan beringas sontak saling memukulkan rotan. Berusaha mencari celah supaya mengenai tubuh lawan. Bagi yang berhasil, akan mendapatkan poin.

Begitulah cara kerjanya. Kedua pemuda itu tengah mempertunjukkan seni tari presean, suguhan khas dari Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB). Decak kagum dan kaget seketika terlihat dari wajah-wajah penonton.

Konon, tarian yang berasal dari suku Sasak itu, dahulunya adalah sarana latihan bagi para prajurit Lombok, sebelum berperang. Tarian itu juga sarat akan pesan moral. Dikatakan demikian, sebab meskipun dalam pertarungan itu prajurit akhirnya berdarah karena pukulan dari rotan, mereka tidak memiliki dendam ataupun amarah. Dalam suguhannya, tarian presean ini diiringi oleh musik tradisional. Seyogyanya, pertunjukkan ini terdiri dari lima ronde.

Uniknya, seni tari ini diiringi musik tradisional, dimana alat musik utamanya berbetuk gendang, dan dikenal dengan sebutan gendang beleq (lafal be tidak tebal. Seperti te pada kata telur, red). Gendang ini berukuran raksasa. Bahkan ukurannya lebih besar dari si pemain. Sehingga pemain musik harus menabuh gendang ini sambil berdiri. Ada dua gendang yang ditabuh pada pertunjukkan itu, yang juga ditabuh oleh dua pemuda. Alat tabuh hanya dipegang oleh tangan kanan, sedangkan tangan kiri, menggunakan telapak tangan sebagai penabuhnya. Sungguh apik, karena pemain terlihat sangat lihai memainkan gendang. Ditambah dengan iringan musik lainnya. Menambah riuh semarak pukul memukul para prajurit yang beraksi dibawah panggung.

Jika sekilas didengar, musik yang dihasilkan, mirip dengan musik dari Bali. Bisa saja, sebab letak geografis antara Lombok dan Bali tidak terlalu jauh. " Gendang in dulunya dipakai untuk mengiringi kepergian prajurit ke medan perang. Dan menyambut kepulangan prajurit," kata Ketua Sanggar Rinjani Lombok, Sahri di sela-sela pertunjukkan.

                                                                    Yusnadi/Batam Pos


Tarian ini digelar dalam ritual kebudaaan yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Tanjungpinang, Sabtu (10) malam di Anjung Cahaya, Tepi Laut. Adalah oleh dinas, acara tampilan seni dan budaya ini merupakan iven rutin setiap tahunnya. Bahkan di setiap bulannya, ditaja iven serupa yang menampilkan pertunjukkan dari kebudayaan yang berbeda.

Penonton sangat terhibur dengan apa yang tengah dilihatnya. Pasalnya, di Tanjungpinang sendiri, jarang sekali ada pertunjukkan seni dan budaya dari daerah lain, apalagi Lombok. Tentu saja antusias masyarakat sangat besar terhadap pertunjukkan ini. Terlihat sirat kengerian di wajah pengunjung, saat melihat salah seorang pemuda terkena sabetan rotan dari lawannya. "Ngeri betul," ujarnya. Tapi, semakin ngeri, ternyata semakin banyak yang tertarik untuk menonton pertunjukkan itu. "Sakit tak ye," sebut penonton lainnya.

Selain seni tari presean, sanggar ini juiga menampilkan tari barong. Dimana tarian ini, diperuntukkan untuk menghibur raja pada zaman dahulu. Dalam tarian ini, sesesorang bertopeng barong menari ke sana kemari dengan gerak yang terlihat lucu. Tari barong ini, juga diiringi oleh gendang beleq, namun ritme musiknya lebih ceria.

Seorang pengunjung, Zulfikar mengungkapkan kekagumannya terhadap tari tradisional Lombok itu. Menurutnya, tontonan yang tengah ditontonnya merupakan hal baru baginya. "Unik, karena tadi saling pukul," ujarnya kemudian menambahkan, meskipun sakit saat kena pukul, para pemain masih tetap semangat. Zul berharap, untuk kedepannya supaya lebih banyak lagi tampilan kesenian yang disuguhkan. "Apa kesenian dari Lombok, cuma dua saja yang paling utama,?," tanyanya.

Ucapannya Zulfikar, disambung oleh teman sebelahnya, Albet. Albet juga mengaku baru pertama kali melihat kebudayaan Lombok ini. Ia bahkan heran melihat gendang belek yang sangat besar itu. "Gede gendangnya," ujarnya lantas tertawa, kemudian melanjutkan memotret setiap momen pertunjukkan yang membuatnya jakun itu.