Jumat, 28 Agustus 2015

Pesona Alif Stone Park Ranai, Natuna


Sudah pernah ke Natuna? Jika berkunjung kesana, sempatkanlah menyambangi Alif Stone Park. Kamu akan terpesona dengan gugusan batu raksasa di tepi pantai yang sangat memikat.

LARA ANITA, Tanjungpinang

Kunjungan ke salah satu kabupaten di Provinsi Kepri ini sudah saya lakukan beberapa waktu lalu, bertepatan dengan perhelatan MTQ tingkat Provinsi Kepri yang sudah malas kuingat-ingat kapan tepatnya. Tulisan ini sekadar pengingat cerita untuk berbagi keindahan alam yang ada di pulau terluar sebelah utara Indonesia ini.

Salah satu destinasi di Ranai, Natuna ini adalah Alif Stone Park. Alif Stone yang dimiliki Both Sudargo sejak 2006 lalu, awalnya hanya sebuah pinggiran pantai yang terdiri dari bebatuan besar di pesisir darat dan laut. Tapi kemudian disulap menjadi destinasi wisata yang mempesona.

Kenapa dinamakan Alif Stone? Alif dalam simbol Arab mirip angka satu. Nah, dari puluhan batu (atau mungkin saja ratusan) yang ada, terdapat satu batu yang berdiri tegak dan yang paling tinggi di antara bebatuan lainnya. Dari situlah asal mula penamaan Alif Stone itu. 

Saya saja sempat 'melongo' ketika menginjakkan kaki pertama kali di tempat itu. Padahal, itu bukan kali pertama saya melihat pantai. Tapi yang ini benar-benar lain, benar-benr amazing!. Seperti itulah kira-kira.

Saya takjub melihat pasir putihnya yang bersih, gugusan bebatuan raksasa dengan tekstur permukaan yang unik, air laut yang jernih serta panorama gunung Ranai sebagai latar belakangnya. Merupakan momen tepat mengabadikan diri dalam jepretan kamera teman.
















Basing, Pulau Indah Penuh Misteri dan Tersembunyi.


Pulau yang ukurannya tidak lebih besar dari Pulau Penyengat ini semakin menjadi sorotan. Sebab, selain keindahan yang dimiliki, sejarah pasti peninggalan bersejarah di Pulau Basing masih menjadi misteri.

LARA ANITA, Bukit Bestari

Belum lama ini, Batam Pos bersama beberapa awak media lokal lain, berkesempatan mengunjungi salah satu pulau yang belum dikenal baik oleh sebagian besar masyarakat Tanjungpinang, yakni Pulau Basing. Pulau ini memiliki panjang sekitar 750 meter dan di bagian terlebarnya 440 meter. Lokasinya tepat di depan pantai Tanjungsiambang, yang berada di Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari. Untuk mencapai pulau itu, bisa menggunakan pompong (transportasi laut, red) dari pantai Tanjungsiambang. 

Asal usul penamaan Pulau Basing belum diketahui dengan pasti. Jika merunut dalam dialek Palembang, basing berarti sembarang.  Tapi, warga Tanjungsiambang juga tidak tahu pasti kenapa pulau itu dinamai demikian.

Pulau Basing mulai terdengar gaungnya, sejak pusat Pemerintahan Provinsi Kepri dibangun di Dompak. Ditambah, sejak tahun 2013 lalu,  Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang mulai memperkenalkan pantai Tanjungsiambang menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat Tanjungpinang, Pulau Basingpun perlahan naik pamor.

Saat menginjakkan kaki di pulau ini, mata akan dimanjakan oleh pemandangan asri, hamparan pasir putih turut menambah eksotis pantai di pulau perawan ini. Sama seperti pulau yang tidak berpenghuni pada umumnya. Pulau Basing juga ditumbuhi tanaman sejenis rumput liar nan rimbun yang tingginya melebihi pinggang orang dewasa, serta beragam semak lainnya. Pohon-pohon besar juga terlihat sangat rimbun dan lebat. Uniknya, pulau yang letaknya cukup strategis ini memiliki peninggalan berupa potensi cagar budaya, yang berwujud struktur bangunan. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari bibir pantai.

Bangunan tua itu berbentuk persegi, dengan permukaan yang datar. Sayangnya, tidak bisa diketahui pasti berapa luas bangunan itu. Pasalnya pepohonan rimbun dan semak belukar menutupi sebagian besar bagian bangunan lainnya. Hal unik lainnya, sepanjang dinding bangunan ditumbuhi pohon-pohon dengan akar yang memenuhi dinding. Membentuk pola indah, serupa sarang laba-laba.

Didepan bangunan terdapat satu bangunan kecil lain dengan luas sekitar 3x3 meter persegi, menonjol di depan bangunan utama yang menyerupai gua, seperti pintu masuk. Hanya saja, saat memasuki gua yang telah dihuni puluhan kelelawar itu, sudah dibangun tembok pembatas.

Menurut penuturan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram, diduga dahulunya gua tersebut adalah terowongan yang menjadi pintu masuk ke bangunan utama. Tapi sengaja dibangun tembok pembatas, supaya tidak ada yang bisa memasuki terowongan itu. "Takut sesat," kata Juramadi belum lama ini. Sebab, kata dia, konon kabarnya terowongan yang ada bentuknya berkelok-kelok. "Kita juga tidak tahu kan di dalamnya itu ada apa," ujarnya lagi.

Ia mengakui masih butuh kajian mendalam, terkait peninggalan bersejarah itu. Pasalnya, banyak cerita yang beredar, yang belum bisa dipastikan kebenarannya. "Ada yang bilang bangunan ini adalah tempat pesta para meneer Belanda. Ada juga yang bilang ini penjara zaman Belanda. Nanti bukan tidak mungkin tembok itu akan kita jebol untuk melihat dalamnya," ujarnya.

Perlunya dilakukan kajian terhadap bangunan itu, juga merunut dari laporan teknis Pulau Basing, Pengelolaan Kekayaan Budaya Kota Tanjungpinang tahun 2013, yang menyebutkan, pada tahun 2012 lalu telah dilakukan peninjauan oleh Balai Arkeolog Medan dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batu Sangkar. Dan telah merekomendasikan kepada Pemko Tanjungpinang, untuk segera dilakukan kajian-kajian menyangkut tingkat kerusakan yang ada di Pulau Basing. Dimana yang menjadi pertimbangan, yakni adanya nilai historis objek tersebut yang diperkirakan cukup tinggi, dengan kondisi fisik relatif bagus. Serta perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat dan memadai bagi kepentingan lain yang lebih luas. Tapi, dalam laporan itu tidak disebutkan persis struktur bangunan apakah sebenarnya itu.

Teka-teki perihal sejarah bangunan tua itu menjadi buah bibir masyarakat Kota Tanjungpinang. Seorang warga Tanjungsiambang, Ibrahim yang pernah mendiami Pulau Basing pada tahun 1965-1971 malah menduga, struktur bangunan itu adalah peninggalan kerajaan Melayu yang masih berkaitan dengan kerajaan yang dulunya berada di Pulau Penyengat. "Itu penjara Raja Melayu," ujar lelaki kelahiran 1947 itu, saat ditemui di rumahnya yang berlokasi di pantai Tanjungsiambang, Rabu (25/6). Tapi, ia juga tidak bisa memastikan itu. "Asal mulanya tak tau. Orang-orang dulu tak pernah juga cerita apa-apa tentang Pulau Basing. Basing itu pun tak tau artinya apa," ujarnya. Meskipun pulau tersebut masih dipenuhi tanda tanya, Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul beberapa waktu lalu telah mencanangkan, Pulau Basing tersebut menjadi objek wisata lain setelah Pantai Tanjungsiambang. "Kita pasti akan kembangkan Pulau Basing," ujarnya. 





NB : Sehubungan foto pulau Basing terhapus, terpaksa mengambil di Google 😄


Dimarahi Orangtua Sampai Salah Jadwal *) Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil Kota Tanjungpinang


Tidak hanya peserta ujian yang deg-degan dalam pelaksanaan tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kota Tanjungpinang tahun 2014. Rupanya para orangtua pun demikian. Bisa dikatakan, orang tua lah yang paling heboh menanti hasil ujian sang anak di ruang tunggu.

LARA ANITA, Tanjungpinang

Minggu (16/11) kemarin adalah hari ke dua pelaksanaan ujian CPNS Kota Tanjungpinang tahun 2014 yang digelar di lantai tiga Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang. Tahun ini memang sistemnya telah berubah, yakni menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT). Sehingga ujiannya menggunakan sistem komputerisasi. Sebanyak 3697 peserta yang berhasil melalui seleksi administrasi beberapa waktu lalu harus melalui tahapan ini sebelum akhirnya dapat menyandang gelar PNS. Tentu bukan hal mudah untuk dapat melewati tahapan kali ini. Peserta harus mampu mengerjakan 100 soal ujian yang terdiri dari tiga jeni soal, yakni TWK, TIU dan TKP dalam waktu yang singkat, 90 menit saja.

Apakah nilai tinggi dapat menjamin peserta lolos? Tentu tidak. Peserta harus mampu melewati passing grade dari ketiga jenis soal tersebut. Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) passing grade nya 70, Tes Inteligensi Umum (TIU) passing gradenya 75 dan Tes Kepribadian (TKP) passing grade nya 126 sekian. Kendati total jumlah nilai yang diperoleh tinggi, peserta harus mampu melampaui passing grade ke tiga jenis soal itu.  Jika tidak, otomatis peserta gugur. Namun, lulus passing grade di ketiga jenis soal juga tidak menjamin peserta lolos dengan mudah. Kenapa? Karena sistem saat ini menggunakan sistem ranking. Peserta dengan jumlah nilai tertinggi lah yang lebih berhak lulus.

Kemungkinan besar, hal itu juga yang menyebabkan tidak hanya peserta saja yang was-was. Para orang tua dan pengantar yang tengah menunggu juga tidak kalah hebohnya. Saat si anak tengah ujian di lantai tiga Gedung DPRD Kota Tanjungpinang, para orang tua dan pengantar menunggu di lantai dasar. Dimana di lantai tersebut telah disediakan sebuah layar monitor berukuran cukup besar. Layar tersebut berisikan nama-nama peserta ujian, berikut hasil TWK, TIU dan juga TKP. Dari layar itu, para orang tua dan juga pengantar dapat mengetahui hasil peserta. Tidak hanya hasil akhir yang ditampilkan, melainkan setiap detil hasil jawaban yang dipilih. Peserta dinyatakan lulus jika nama yang tertera beserta nilai berwarna hitam. Jika merah yang didapat, maka akan berlaku kebalikannya. Jadi sudah bisa ditebak bagaimana hebohnya para orang tua melihat hasil anaknya dari layar tersebut. Apalagi jika nilai belum mencukupi, tetapi waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi. Heboh sekali.

Ada satu kejadian cukup menarik perhatian kemarin. Ketika salah satu peserta telah selesai mengerjakan soal. Saat ia menuruni tangga, tiba-tiba seorang bapak berteriak ke arah peserta tadi. "Kenapa tadi dirubah jawabannya. Jadinya gagal kan," ujar bapak tersebut sedikit kesal ke peserta ujian yang ternyata adalah anaknya itu. Apa pasal? Rupanya sang anak, yang bernama Nur Elisya Rianti itu merubah jawaban pada soal TWK. Sebelum dirubah, nilai sang anak adalah 70. Nilai itu sesuai dengan passing grade TWK. Sayangnya kemudian Elisya merubahnya yang ternyata pilihannya salah, sehingga nilainya turun menjadi 65 untuk TWK, 105 untuk TIU dan TKP 158. Kendati nilai keseluruhannya adalah 328, Otomatis ia gagal, karena tidak lulus di TWK. Hal itu yang membuat sang bapak terlihat kesal. 

Kejadian unik lainnya kemarin, ada satu peserta ujian yang terlambat hadir. Dan tidak diperbolehkan ikut ujian. Seorang panitia ujian, Prasetyo menyayangkan keterlambatan peserta tersebut. Padahal menurutnya, panitia telah mengabarkan perihal kedatangan peserta di lokasi ujian. "Sebelumnya sudah diberitahukan satu jam sebelum mulai sudah hadir ditempat. Tapi malah datang terlambat. Kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang berada di ruangan adalah pegawai BKN," tuturnya. 

Selain itu, ada juga peserta yang salah jadwal. Peserta bernama Jack Rafdinal dengan tergesa-gesa menghampiri meja panitia yang berada tidak jauh dari tangga ketika waktu hampir menunjukkan pukul 14.00 WIB. Ia dengan gesit akan membubuhkan tanda tangan. Namun, ketika dicari namanya ternyata tidak ada di kertas yang disodorkan oleh panitia. Panitia lantas memastikan kembali, apakah yang bersangkutan benar-benar mengikuti tes pada hari ini (kemarin, red). Jack dengan yakin menjawab kalau hari ini adalah jadwalnya ujian. "iya hari ini kok. Tanggal 16 November pukul 14.00 WIB," tegasnya. Panitia kemudian memintanya untuk mengecek kembali SMS yang dikirim oleh panitia. Berhubung saat itu ponsel yang bersangkutan berada di mobilnya. Dengan berlari kecil, ia langsung mengambil ponsel. Saat menuju panitia kembali, dengan senyum disunggingkan ia berujar kepada panitia. "Kok jadwal di SMS berubah ya?," ujar Jack terlihat menahan malu. Situasi itu sontak mengundang gelak tawa dari panitia dan beberapa orang yang hadir di lokasi tersebut. Ternyata jadwal ujian yang benar adalah Minggu (23/11) mendatang. 

Pelaksanaan ujian di hari kedua ini, diwarnai dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Senggarang dan sekitarnya. Kondisi tersebut membuat panitia ujian cukup direpotkan. Bagaimana tidak, ternyata gedung dewan rawan bocor, terutama di bagian pinggiran gedungnya. Sehingga air hujan terjun bebas ke lokasi ujian. Khawatir layar monitor terkena tampias air hujan, panitia lantas memindahkan layar monitor yang awalnya berada dekat dengan tangga naik, ke lokasi yang cukup aman. Jika sedikit saja panitia telat memindahkan, layar pasti sudah rusak. Kenapa? Tidak sampai lima menit layar dipindahkan, hujan turun dengan sangat deras. Sehingga air yang turun ke lantai satu juga dalam jumlah besar, tepat di lokasi awal layar diletakkan. "Untung dah dipindahkan," ujar seorang panitia. Panitia juga terpaksa membersihkan lantai yang banjir akibat bocornya atap gedung. Beruntung ruangan yang digunakan untuk ujian tidak bocor.

Pelaksanaan ujian CAT di Tanjungpinang cukup lama, yakni dimulai sejak tanggal 15 November sampai 1 Desember. Menurut Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Tanjungpinang, Raja Khairani, pelaksanaan memang cukup lama. Sebab, jumlah komputer yang sedikit. Pemerintah Kota Tanjungpinang hanya menyediakan 50 komputer saja. Untuk peserta hanya 48 komputer, karena dua unit digunakan oleh operatornya. Dalam sehari, jumlah peserta yang ikut tes hanya sekitar 240 orang saja. Itupun bergantian, dan dibuat lima sesi setiap harinya. "Kecuali Jumat. Kalau Jumat hanya empat sesi saja," tutur Khairani.

Khairani juga menjelaskan, kenapa tidak boleh ada peserta yang datang terlambat. "Satu menit pun tidak boleh datang terlambat. Karena dengan waktu yang singkat, kehadiran peserta yang terlambat akan mengganggu konsentrasi peserta lainnya," jelasnya. Ia juga menuturkan, hingga saat ini pelaksanaan Tes Kemampuan Bidang (TKB) belum bisa dipastikan. Sebab, belum ada tanggapan terkait itu oleh Kemenpan sendiri. "Kemungkinan besar tidak diadakan," ujarnya. Hal itu merujuk dari kebijakan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) yang mengatakan tahun 2014 ini semua urusan penerimaan CPNS harus sudah selesai.