Minggu, 09 April 2017

Bromo, Aku Jatuh Cinta

Sudah pernah ke Bromo? Bagi yang sudah pernah ke Bromo, pasti sependapat dengan saya kalau Bromo itu indah banget. Sangat wajar jika Bromo yang berada di Provinsi Jawa Timur ini menjadi tujuan destinasi banyak orang. Setelah lama bermimpi kapan bisa ke Bromo, akhirnya kesempatan itu datang. Woooaahhh bahagia sekali. Yap, awal Maret 2017 lalu saya menginjakkan kaki ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tapi nulisnya baru sekarang. Hehe :D

Mari Kita Berangkat !!! 

Sebelum berangkat, banyak persiapan yang harus dilakukan, terutama pakaian. Maklum banget, suhu Bromo sangat dingin. Jangan lupa membawa jaket, kaos kaki, glove, syal atau apapun juga yang kamu butuhin buat menghalau rasa dingin. Kan ga asyik banget mesti sibuk menggigil saat lagi asyik-asyiknya menikmati kemolekan Bromo dan juga pemandangan sekitar.

Keberangkatan menuju Bromo, kami awali dari Yogyakarta dengan menumpang Bus Safari Darma Raya. Tepatnya hari Jumat (3/3) malam sekitar pukul 20.00 WIB kami berangkat menuju Kota Malang, dan sampai di Malang keesokan paginya sekitar pukul 08.00 WIB. Rencana awal, perjalanan akan dilanjutkan menuju Probolinggo menggunakan angkutan umum, baru kemudian dari Probolinggo diteruskan ke Bromo. Tapi setelah dipikir-pikir kok yo ribet, lama banget dan pastinya bakal menghabiskan anggaran yang juga besar. Karena itu, kami pun memutuskan menggunakan motor sewaan menuju Bromo. Dengan harga sewa Rp60-70 ribu, kamu sudah bisa motoran sepuasnya selama 24 jam. Hm hm, pilihan yang menarik nih. Menuju Bromo dari Kota Malang menggunakan kendaraan bermotor hanya berjarak sekitar 59 km. Nah, waktu dan biaya bisa dipangkas banget kan. Hemat dan efisien dong. Selain itu, kamu juga bisa menikmati pemandangan yang nggak bakal ngecewain deh di sepanjang perjalanan menuju Bromo. Kamu tidak perlu khawatir tersesat hingga sampai ke Bromo, tinggal memanfaatkan google map ataupun GPS (Gangguin Penduduk Sekitar hehe) kamu bisa sampai ke Bromo. Tapi, perlu diingat ya, jangan berangkat ke Bromo saat sore hari atau mendekati gelap, karena kondisi jalan akan sangat gelap, dan takutnya kamu malah tersesat karena tidak ada penunjuk jalan apapun.


Kamu bisa menikmati pemandangan ini sebelum sampai ke Bromo/ dokumentasi pribadi

Di tengah perjalanan, kamu bisa menyempatkan berfoto, ataupun sekedar menikmati keindahan alam yang sangat memanjakan mata.  




Dokumentasi pribadi




Bromo, Kami Sudah Tiba!!!

Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya kami tiba di Bromo. Yeaaaayyyyyyy!!! Saya menyeka keringat yang bercucuran, dan menghela nafas lega (:p). Oke itu lebay hehe 

Dokumentasi pribadi

Karena sudah lelah, kami memutuskan mencari penginapan atau home stay milik penduduk sekitar. Tidak sulit mencari penginapan di kawasan Bromo, karena penduduk sekitar rata-rata telah menyulap kediamannya menjadi penginapan. Bagi yang ingin  menginap di hotel,  juga ada kok. Jadi tidak perlu bingung akan bermalam dimana. Saat itu, kami memperoleh home stay dengan harga Rp250 ribu per malam/kamar, dengan fasilitas air panas. Air panas ini super duper penting ya, karena dipastikan kamu bakal menggigil sepanjang waktu disana. Dingiiiiinnn bangettt, apalagi saat malam menjelang... Jadi, kamu kudu nanya, apakah tersedia air panas atau tidak. Mau tau suhu di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru? Suhu udara rata-rata berkisar antara 5°C - 22°C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari di puncak musim kemarau antara 3°C - 5°C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu di bawah O°C (minus). Sedangkan suhu maksimum berkisar antara 20°C - 22°C.

Perjalanan Dilanjutkan...

Setelah tiba di home stay, sengaja kami memulihkan tenaga untuk keesokan hari. Perjalanan mengeksplore kawasan Bromo baru kami lanjutkan keesokan harinya. Pagi-pagi sekali setelah salat Subuh, kami bergegas. Tujuan utama kami adalah Penanjakan, yang merupakan spot foto sejuta umat hehe. Dari sini akan terlihat jelas keindahan Gunung Bromo dan juga Gunung Batok serta pemandangan lainnya secara menyeluruh. Awalnya, kami berencana berangkat sekitar pukul 04.00 WIB supaya tidak ketinggalan menyaksikan "The Famous Sunrise" dan juga mencari posisi enak. Tapi, hal itu kami urungkan karena khawatir tidak menemukan musala di tempat kejadian perkara :p. Maklum, penduduk setempat mayoritas beragama Hindu. Dan benar saja, ketika telah tiba di Penanjakan 1, ribuan pengunjung yang tidak hanya terdiri dari wisatawan domestik tapi juga wisatawan asing telah menyemut di bibir pagar. Karena itu, usahakan bertandang ke Bromo bukan saat weekend dan masa liburan yaa.. Bagi yang tidak ingin ketinggalan momen ini, memang tidak boleh datang terlambat jika tidak ingin menyesal. Setelah ‘The Famous Sunrise’ meninggi, kamu juga bisa menyaksikan ‘The Sea of Sand’ disekitar gugusan gunung Bromo dan gunung-gunung yang ada disekitarnya seperti Gunung Batok, Gunung Semeru dan lain-lain.

Meskipun ribuan orang menyesaki Bukit Penanjakan, rasa takjub tetap membuncah dalam dada. Ah, indahnya pemandangan ini. Ya, aku jatuh cinta pada ciptaan Allah yang ada di depan mata ini. Saya kagum, dan semua orang juga begitu. Setiap pengunjung mencari spot foto terbaik untuk mengabadikan momen indah itu, tentu saya juga tidak mau ketinggalan dong :D

Rame banget/ dokumentasi pribadi

Tips:

Jika kamu tidak ingin ketinggalan menyaksikan "The Famous Sunrise", dan tidak mengenal medan dengan baik. Sebaiknya kamu menyewa pemandu jalan. Pemandu dengan mudah dijumpai di perumahan penduduk. Biasanya pemuda-pemuda ataupun warga setempat akan menawarkan diri untuk menjadi pemandu dan penunjuk jalan menuju lokasi-lokasi yang kamu tuju. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pemandu? Hanya Rp100 ribu rupiah saja. Mereka akan mengantarkan kamu ke lokasi-lokasi dan spot-spot foto terbaik sesuai keinginan kamu. Pemandu juga akan dengan senang hati menjadi fotografer kamu dan juga teman-teman kamu disana.

Adanya pemandu juga penting, karena mereka mengenali medan dengan sangat baik. Seperti misalnya, jalan menuju Penanjakan sangat terjal. Mencapai bukit Penanjakan bukan perkara mudah, membutuhkan perjuangan dan keberanian, karena biasanya untuk mencapai tempat ini dilakukan pada dini hari dengan jalan yang terjal dan harus melewati lautan pasir bromo yang luas khususnya yang melalui jalur pintu masuk melalui Probolinggo, Malang (Tumpang) dan Lumajang, sedangkan akses jalan ke Bromo dari Pasuruan relatif lebih mudah.

Oh iya, "The Famaous Sunrise" yang paling indah akan kamu dapatkan di saat musim kemarau ya. Kami tidak memperoleh foto sunrise yang ciamik, karena datang bertepatan dengan musim hujan. Sedih hiks :(


View dari Bukit Penanjakan




Foto ini diambil dari Bukit Cinta, kata mas pemandunya sih itu namanya hehe
Hanya beberapa tempat saja yang kami kunjungi, karena masih ada lokasi lain di Jawa Timur yang ingin kami datangi. Mungkin lain waktu jika ada kesempatan, saya akan datang lagi ke tempat ini. Sayonara Bromo!!! Ketjup :*








Tidak ada komentar:

Posting Komentar